Kamis, 19 September 2024
spot_img

Perkenalkan Budaya dan Sejarah Melalui Koleksi Museum Raja Ali Haji Batam

spot_img

Berita Terkait

spot_img
mUseum Batam 3 F Cecep Mulyana scaled e1697885476395
Pengunjung melihat benda koleksi bersejarah yang ada di Museum Raja Ali Haji Batam, Sabtu (21/10). F Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos– Satu lagi koleksi Museum Raja Ali Haji Batam hadiri dan menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang ke museum.

Adalah kapal Malaka’s Walvaren hasil karya anak melayu yang bertempat tinggal di Sembulang, Galang.



Hamdan adalah senias yang membuat miniatur kapal Malaka’s Walvaren yang sudah ada sejak zaman dulu antara Belanda dan Kerajaan Riau-Lingga memiliki sebuah perjanjian.

Menurut cerita, isi perjanjian tersebut menuliskan apabila kapal asing masuk ke daerah Riau Harus melaporkan ke Belanda, dan hasil rampasan dibagi dua.

Namun apabila masuk Kapal asing ke wilayah Belanda, pada waktu itu Belanda Berpusat di Malaka lapor ke Riau dan Hasil dibagi dua.

Pada saat itu masuklah Kapal dari Perancis ke Riau didekat Pulau Bayan lalu kapal tersebut ditangkap dan dilaporkan Oleh Raja Ali Haji ke Belanda.

Lalu Belanda mengirim seorang Kapten Kapal bernama Barbaron dan membawa kapal tersebut ke Malaka sampai ke Batavia. Saat itu, Belanda tidak membagi hasil tangkapan kepada Raja Ali Haji.

BACA JUGA: Enam Bulan, 9000 Orang Berkunjung ke Museum Batam Raja Ali Haji

Raja Ali Haji marah dan datang Ke Malaka dan merobek-robek Surat Perjanjian tersebut didepan utusan Belanda.

Hal ini menjadi inilah yang menjadi penyebab Perang Riau. Akhirnya pada 6 Januari 1784 Belanda memutuskan melakukan serangan serentak ke Pulau Penyengat, Teluk Keriting, Senggarang, Tanjungpinang, Pulau Bayan, dan semua kubu pertahanan Raja Haji.

Pasukan Riau menerima tantangan itu dengan juga mengerahkan semua kekuatannya. Kapal Belanda mengepung dari seluruh penjuru.

Namun pasukan Riau sudah mengetahui dan hafal betul medan perang karena berada di wilayah mereka. Dari benteng pertahanannya pasukan Riau terus menembakkan meriam.

Dan sebuah kapal paling besar milik Belanda bernama Malaka’s Welvaren meledak terkena tembakan meriam pasukan Riau, tepat di depan benteng Teluk Keriting. Peristiwa ini kelak dijadikan momentum dalam penetapan hari jadi Kota Tanjungpinang yang jatuh pada 6 Januari 1784.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata mengatakan Kapal Malaka’s Welvaren merupakan koleksi terbaru karya dari anak muda Batam yang tinggal di Sembulang.

“Dibuat oleh salah satu pengrajin kriya anak muda batam yg tinggal di sembulang barelang bernama Hamdan. Status barang koleksi ini titip simpan,” ujarnya, Sabtu (21/10).

Ardi mengungkapkan hasil karya ini menjadi daya tarik bagi pengunjung. Banyak yang penasaran dengan cerita di balik kisah kapal Malaka’s Welvaren.

Untuk mendapatkan informasi tentang kapal, pengelola museum akan membantu menjelaskan. Namun selain itu, pengunjung juga bisa memindai kode batang yang tersedia di depan kapal.

“Informasi digital ini ditujukan, agar pengunjung mudah mendapatkan informasi. Terutama saat museum ramai. Semua koleksi sudah dilengkapi dengan aplikasi digital, untuk mendorong penyampaian informasi mengenai budaya, dan koleksi museum,” sebutnya.

Ia menyebutkan, koleksi museum ini didapatkan dari mengumpulkan koleksi benda bersejarah dari masyarakat. Selain itu, Disbudpar juga berupaya mencari koleksi dari tempat bersejarah yang ada di Batam ini.

“Kami upayakan komunikasi dengan pemilih benda bersejarah. Kalau bisa benda itu dititipkan di museum. Sehingga koleksi museum ini terus bertambah. Edukasi ke masyarakat baik lokal maupun wisman soal sejarah Riau-Kepri,” ungkapnya.

Museum merupakan sarana dalam menebalkan sejarah. Menurutnya, generasi sekarang ini tidak boleh melupakan sejarah. “Kehadiran museum ini mengajarkan, dan memperkenalkan sejarah. Makanya kami upayakan terus mendatangkan koleksi sejarah ke museum,” bebernya. (*)

reporter: yulitavia

spot_img
spot_img

Update