Tari jogi menjadi bagian dari kesenian Melayu karena mengiringi pertunjukan Makyong, teater tradisional masyarakat Melayu. Namun, seiring derap perubahan zaman, tak banyak lagi yang mengenal seni tari tradisional ini. Padahal, tari jogi juga punya gerak yang tak kalah elok nan rancak.
Reporter : Ratna Irtatik
batampos – Lima penari dan seorang penyanyi terlihat menaiki panggung sambil menangkupkan telapak tangan di dada. Itu pertanda, mereka tengah menghatur salam kepada penonton. Menangkupkan tangan, sekaligus menjadi gerakan pertama dalam seni pertunjukan tari jogi.
Sejurus kemudian, lantunan musik yang berpadu antara suara gendang panjang, biola, dan gong, terdengar harmonis mengiringi tiap gerakan penari jogi. Gemulai dan syahdu, tercermin dari tiap gerakan para penari yang mengenakan baju kurung khas Melayu tersebut.
Adapun, lagu yang dibawakan oleh penyanyi yang mengiringi gerakan tari jogi, berjudul “Rabesi Are Dunia Jogi”. Lirik berbahasa Melayu, terdengar sangat melekat pada lagu tersebut.
Muasal tari jogi berasal dari banyak cerita. Salah satunya, dari joget dangkong, yakni sebuah tarian kebudayaan masyarakat Melayu Kepri.
Joget ini ditampilkan saat upacara adat Melayu maupun sebagai hiburan yang ditampilkan di hadapan masyarakat. Tari jogi dibuat karena adanya permintaan dari penonton yang menghendaki sesuatu yang baru.
“Dulu, joget dangkong itu digelar saat ada orang kawin. Kata orang tua dulu, “Oi, buatlah tari hiburan, kami ngantuk lihat tari dangkong ini”.
Lagu ape (lagunya apa), lagu rabesi are dunia jogi,” tutur Normah, Pemimpin Sanggar Pantai Basri Pulau Panjang, Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, Kota Batam.
Seperti diketahui, tari jogi memang berasal dari Pulau Panjang, Batam. Seturut kini, tari jogi dimotori oleh Sanggar Pantai Basri, yang kerap menggelar pertunjukan tari jogi maupun teater makyong.
Adapun, perbedaan tari jogi dengan joget dangkong, yakni tari jogi tidak dilakukan secara berpasangan seperti joget dangkong. Gerakan tari jogi ini terlihat elok sesuai dengan alunan musik yang dimainkan.
“Tari jogi terinspirasi dari lagu. Rentak-rentaknya rancak (apik), dan ada beberapa penari yang membuat gerakan masing-masing,” jelas wanita kelahiran Pulau Panjang, 8 Juli 1956 silam tersebut.
Normah menceritakan, tari jogi pernah tampil di Pekanbaru, Riau, bersamaan dengan pementasan joget dangkong dan makyong. Saat itu, ia menjadi penari dari Batam serta mendapatkan penghargaan berupa piala dan piagam.
Pada dasarnya, sambung Normah, tari jogi ini dibuat untuk menghibur masyarakat. Bisa dipentaskan di mana saja dan setiap penampilannya, para penonton tidak dipungut biaya.
Urutan dalam tarian yang berdurasi enam menit ini, memiliki tujuh gerakan yakni menangkupkan tangan mengandung makna memberi salam kepada penonton, lalu memegang pinggang sambil memutar ke kiri dan ke kanan serta ke bawah dan ke atas.
Gerakan kedua ini memiliki makna penari melihat busana yang dipakai sudah sesuai atau belum. Gerakan ketiga, bersolek atau ber make-up, lalu gerakan keempat penari melihat cermin. Gerakan kelima melihat bahu, gerakan keenam mencuci baju, dan ketujuh melayang-layang.
Ketujuh gerakan diambil dari kehidupan masyarakat Melayu yakni kebahagian seorang istri menyambut suami setelah pulang dari melaut atau pergi ke laut.
“Suka hati menyambut suami, seorang nelayan yang menunggu di pantai. Makanya, tari jogi disebut tari pantai,” ucapnya.
Putra Normah yang juga menjadi pembimbing tari jogi, Zulkifli Igor, mengatakan, tari jogi sudah diperkenalkan secara luas kepada masyarakat Kota Batam.
“Mulai dari murid Sekolah Dasar (SD) dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), juga telah dikenalkan dengan tari jogi lewat guru yang sudah mendapat pengajaran sebelumnya,” tuturnya.
Pada tahun 2020, tepatnya pada acara Peringatan 4 Tahun Kepemimpinan Wali Kota Batam, Muhammad Rudi dan Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, berlokasi di depan Gedung Museum Batam Raja Ali Haji, Dataran Engku Putri, Batam Center, Sanggar Pantai Basri Pulau Panjang juga menampilkan tari jogi di hadapan masyarakat umum.
“Kami juga pernah membuat 1.000 penari menampilkan tari jogi bertempat di Dataran Engku Putri, Batam Center. Untuk anak-anak namanya tari massal,” terangnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata, mengatakan, Kota Batam memiliki banyak tradisi budaya yang menarik untuk diketahui. Salah satunya, tari jogi.
“Tarian ini hadir di setiap gelaran acara tahunan kebudayaan di Kota Batam, serta diikuti tarian dan musik Melayu lainnya yang artistik dan menghibur,” ujarnya.
Ardi berharap, tari jogi dikenalkan kepada generasi muda Kota Batam, sehingga tradisi ini tetap lestari.
Tak hanya itu, Ardi menginginkan tari jogi didokumentasikan dengan baik dan dijadikan konten di media sosial seperti Youtube, Instagram, Facebook, dan sebagainya.
“Sebarkan atau share di media sosial, sehingga banyak orang yang tahu tari jogi itu seperti apa, gerakannya bagaimana, busana yang dipakai seperti apa,” pintanya.
Ardi juga mengajak masyarakat Kota Batam ikut melestarikan budaya Melayu yang ada di Kota Batam. Salah satunya, menjaga agar tari jogi serta tradisi lainnya, tetap lestari hingga anak cucu nanti.
“Ayo kita cintai budaya kita, sehingga budaya kita tetap lestari,” ajaknya.(*)