Selasa, 17 September 2024
spot_img

Polisi Dalami Tewasnya Pekerja Galangan Kapal yang Tersengat Listrik di Sagulung

Berita Terkait

spot_img
jatuh di atas kabel pria ini tewas tersengat listrik jEW thumb
Ilustrasi tersengat listrik. jpg

batampos – Korban kecelakaan kerja yang terjadi di galangan kapal PT KTU Shipyard diketahui bernama Wartono Sitorus. Pria 53 tahun ini warga Kaveling Melati, Kelurahan Seipelenggut, Kecamatan Sagulung. Jenazahnya sudah diserahkan ke keluarga dan polisi tetap mendalami kasus kecelakaan kerja tersebut.

Kapolsek Sagulung Iptu Donald Tambunan membenarkan kejadian tersebut dan penanganan perkara di limpahkan ke Polresta Barelang. “Iya, tapi penanganan sudah kita limpahkan ke Polres,” ujar Donald.



Berdasarkan penyelidikan awal di Polsek Sagulung, kecelakaan kerja yang merenggut korban nyawa ini, terjadi saat korban melakukan pengerjaan kapal tongkang. Korban yang bekerja sebagai tukang las ini informasinya hendak mengecek pengisian air ke dalam tangki tongkang. Saat korban turun ke dalam tangki itulah ia tersengat arus listrik. Korban ditemukan rekan-rekannya sudah tergelak tak bergerak.

Korban dilarikan ke rumah sakit namun nyawanya tak tertolong. Korban merupakan karyawan Sub Kontraktor PT MKT dan bekerja dilokasi PT KTU sebagai Fitter dan Welder (Juru las).

Baca Juga: Pekerja Galangan Kapal Tewas Tersetrum Listrik

Catatan Batam Pos sepanjang tahu ini sudah mendekati sepuluh korban kecelakaan kerja yang menelan korban nyawa. Di bulan Maret lalu, misalkan dua kecelakaan kerja yang terjadi di PT Pax Ocean dan Alusteel Shipyard merenggut empat korban nyawa dari pekerja.

Kecelakaan kerja masih terus terjadi ini tentunya jadi kekuatiran serius bagi pekerja galangan sebab dipastikan akan terulang dan terulang lagi ke depannya. Kecelakaan kerja yang merenggut korban nyawa ini tidak terlepas dari minimnya pengawasan dan penindakan terhadap perusahaan yang lalai atau sengaja mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pekerja.

Sejumlah pekerja galangan yang ditemui Batam Pos menuturkan pengguna perlengkapan safety yang biasanya ketat diperiksa di gerbang masuk galangan hanya simbolis saja. Di dalam perusahan pekerja dibiarkan bekerja begitu saja tanpa melalui pemeriksaan kelengkapan pengamanan. Hal dasar seperti penggunakan helm dan sepatu safety tak begitu diperhatikan lagi.

“Padahal aturan tidak seperti itu. Harusnya pekerja diperiksa kelengkapan safety-nya. Kalau tak pake helm atau sepatu safety disuruh pulang. Itu tidak terjadi sekarang ini. Perusahaan tak mau tau asalkan pengerjaan proyek berjalan lancar,” ujar Sujud, seorang pekerja galangan di Tanjunguncang.

Begitu juga dengan kesehatan dan keselamatan kerja pekerja juga tidak diperhatikan dengan baik. Pengelasan di dalam tanki ataupun ruangan tertutup dan gelap tidak dibekali dengan sirkulasi udara dan penerangan.

Baca Juga: Anggota Polisi Tewas, Usai Ditabrak Truk di Batuaji

“Saya pernah kerja di tempat sebelumnya (salah satu perusahaan galangan kapal ternama di Tanjunguncang) cuman setengah hari saya masuk kerja. Saya tak mau tak diperhatikan K3-nya. Masa suruh ngelas di dalam tanki, tapi blower dan lampu tak ada. Cahaya hanya mau andalkan itu api percik las atau cutting. Saya langsung berhenti berkerja karena antar nyawa itu namanya,” ujar Rianto, pekerja lainnya.

Hal miris ini terjadi disebutkan pekerja karena minimnya pengawasan dan penindakan dari instansi pemerintah pengawas terkait. Perusahaan merasa tidak ada yang memperhatikan ataupun mengawasi jika mengabaikan K3 sehingga tidak peduli dengan keselamatan pekerja di lapangan.

“Itu masih terjadi sampai hari ini. Gembar gembor Safety dan K3 hanya di gerbang masuk saja. Kalau sudah di dalam (lokasi kerja) sudah tak ada yang ngawas lagi. Orang masuk Tanki dibiarkan begitu saja padahal itu seharusnya diawasi oleh supervisor karena ada udara beracun di dalamnya. Ini sudah sering terjadi loh, pekerja yang meninggal karena keracunan,” ujar Johanes pekerja lainnya. (*)

 

Reporter: Eusebius Sara

spot_img
spot_img

Update