Minggu, 6 Oktober 2024

Potensi Ekonomi Kreatif di Kepri Juga Meliputi Industri Film, Foto, dan Videografi

Berita Terkait

spot_img
wisata
Kepala Dinas Parawisata Kepri, Guntur Sakti (kanan) bersama pemateri lainnya di workshop Pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif di Hotel Harmoni One Batam, Rabu (26/6). F. Cecep Mulyana/Batam Pos

batampos – Sektor industri Ekonomi Kreatif (Ekraf), menjadi salah satu penopang perkembangan ekonomi tiap daerah. Di Kepulauan Riau (Kepri), banyak sektor Ekraf yang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi.

Beberapa di antaranya ialah kuliner. Di Kepri, sektor ini menempati peringkat pertama pada lini Ekraf. Tak cuma itu, ada juga potensi besar lain, yaitu bidang industri film, foto, dan videografi, serta di sektor kriya (kerajinan atau craft dengan nilai seni, red).

Hal itu disampaikan oleh Pjs Direktur Batam Tourism Polytechnic, Siska Amelia Maldi, usai acara Workshop Pengem-bangan Ekosistem Ekonomi Kreatif, yang ditaja oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Kepri, pada Rabu (26/6) di Hotel Harmoni One, Batam.

”Kita di Kepri dari sektor kuliner menempati peringkat pertama. Kemudian, saya melihat ada potensi besar untuk kita bergerak di bidang industri perfilman, foto dan videografi. Ada unsur-unsur yang bisa dikatakan menjadi keunikan Kepri, salah satunya NDP,” katanya.

Namun, ada yang menjadi catatan Siska. Bagaimana semua itu bisa diversifikasi, agar berbeda dibandingkan dengan produk serupa dari kota-kota lain di Indonesia.
Selain itu, yang paling menonjol ialah etnisitas utama daerah. Melayu sebagai etnis utama di Kepri mampu menjadi pendorong, tergantung bagaimana cara para pelaku usaha menonjolkan aspek yang mana.

Penutupan Wonder Food and Art Ramadhan 3 F Cecep Mulyana scaled e1712006992268
Menteri Parawisata Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno bersama Sekda Kota Batam Jefridin, Kadis Parawisata Batam Ardiwinata meninjau stan Batam Wonder Food & Art Ramadhan di Taman Dang Anom pada acara penutupan, Sabtu (30/3). F Cecep Mulyana/Batam Pos

”Kalau bicara Melayu, ada dua provinsi besar yang menjadikannya sebagai etnis uta-ma, yakni Kepri dan Riau. Kepri mau menonjolkan aspek yang mana,” ujar Siska.

Peran pemerintah pun penting dalam peningkatan kapasitas dan kualitas Ekraf di Kepri. Pemangku kebijakan diminta mengaktifkan peran unsur pentahelix, perlu juga meningkatkan kolaborasi, sebab ketercapaian sektor ini masih di bawah 50 persen.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Guntur Sakti mengatakan, ekositem Ekraf tetap hidup tumbuh dan berkembang. Ada beberapa ekosistem baru yang hadir, terutama dalam penyediaan infrastruktur kreatif.

Kepri menjadi pionir hadirnya Balai Pengelolaan Ruang Kreatif. Infrastruktur itu dibangun langsung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), berada di tepi laut Kota Tanjungpinang.

”Investasinya itu tidak kecil, dan itu merupakan kado istimewa diawal tahun 2024 dari Kemenparekraf. Mudah-mudahan dalam tahun ini lelangnya akan dimulai dan kita adalah provinsi pertama sebagai pilot untuk hadirnya Balai Pengelolaan Ruang Kreatif,” ujar dia.
Balai ini akan menjadi pusat keungulan dalam pengem-bangan Ekraf di daerah. Baik itu untuk kegiatan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), produk, dan semua rantai fase industri kreatif.

”Karena ini UPT Kemenparekraf, maka nanti mereka akan mendesain, tapi tetap memperhatikan kearifan lokal. Bahkan di sebelah gedung itu (Balai Pengelolaan Ruang Kreatif), akan bergandengan dengan gedung Dekranasda,” katanya. (*)

 

Reporter : Arjuna

 

spot_img

Update