Uniba Lahirkan SDM Siap Pakai dan Mau Mengabdi
batampos – Kualitas pendidikan di Kepri masih masih belum sejajar dengan daerah di daratan Sumatera, dan Jawa. Di Kepri, sebagian besar Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengisi berbagai sektor kehidupan seperti properti, ekonomi, pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan lainnya berasal dari putri-putri daerah lain. Prof Dr Ir Jemmy Rumengan SE MM, yang merupakan Penasehat Yayasan Griya Husada Batam, Universitas Batam (Uniba) punya cita-cita dan cinta untuk mengubah itu semua. Jemmy ingin kondisi seperti itu dibalik. Putra-putri asal Kepri perlu mempersiapkan diri agar menjadi lokomotif penggerak, dan mengisi pembangunan berbagai sektor di kota, kabupaten di Kepri dan provinsi lain. Bisakah itu terealiasi? Apa yang perlu disiapkan? Berikut wawancara Redaktur Batam Pos, Suprizal Tanjung dengan Jemmy dalam satu restoran di Lubukbaja, Batam, Rabu malam, (4/1/2017).
Anda mengatakan kualitas pendidikan di Kepri perlu ditingkatkan.
Betul. Indeks pembangunan manusia indikatornya ada dua, SDM dan kesehatan. Ini menjadi dasar pemikiran kita jauh sebelum Uniba berdiri. Cita-cita dan cinta mengangkat harga diri, dan SDM di Kepri ini diawali dengan lahirnya Akademi Keperawatan (Akper) Griya Husada tahun 1996, dan kemudian berubah nama menjadi Universitas Abul Yatama. Terakhir berubah nama lagi menjadi Universitas Batam (Uniba) tahun 2001. Uniba merupakan pertama dan satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Provinsi Kepri yang memiliki Fakultas Kedokteran. Ini satu prestasi besar di Kopertis X yang meliputi wilayah Sumatera Barat (Sumbar), Kepri, Riau, dan Jambi.
Apa ada pengembangan?
Tantangan dan kebutuhan masyarakat, Pemerintah Kota Batam, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri terhadap para sarjana semakin kompleks. Pendidikan di Kepri harus lengkap, kalau bisa semua program studi yang dibutuhkan masyarakat ada di Uniba. Alhamdulillah, saat menjabat sebagai Rektor Universitas Batam (Uniba) periode 2006-2014 lalu, berkat kerja sama dan doa berbagai pihak, Saya telah mendirikan 18 program studi (Prodi) D1 dan S1 seperti Keperawatan, Kebidanan, dan Fakultas Kedokteran. Lalu ada empat Prodi S2 (master). Rara-rata, prodi tadi telah mendapat Akreditas B dari Badan Akreditas Nasional (BAN). Uniba memiliki hubungan internasional dengan De Universitaet Des Bundes Wehr (Universitas Pertahanan Negara Jerman) Muenchen Germany (Jerman). Bekerja sama dengan Universitas Andalas (Unand) di Sumatera Barat (Sumbar), Universitas Sumatera Utara (USU), dan Universitas Hasanuddin (Unhas) di Sulawesi Selatan (Sulsel).
BACA JUGA:Â Prof Dr Ir Jemmy Rumengan, Akademisi yang Lasak dengan Iptek Itu Telah Berpulang
Menurut Anda itu sudah cukup?
Jujur saja. Saya belum puas. Banyak waktu, tenaga, dan pikiran yang ingin saya sumbangkan untuk negeri cantik yang orangnya ramah tamah ini. Keluarga besar Uniba mempunyai tanggung jawab untuk terus membenahi dan meningkatkan potensi, dan kemampuan SDM lokal. Contoh paling sederhana adalah dosen. Untuk kalangan internal, kami memberikan contoh dengan terus memperbanyak jumlah dosen yang memiliki tingkat pendidikan S3 (Doktor). Pada kalangan eksternal, kita terus memotivasi karyawan, sarjana, akademisi, politisi, birokrat (PNS), DPRD, DPR, dan aparat keamanan untuk tidak berhenti dengan raihan pendidikan S1, S2. Maju terus. Kalau bisa sampai dapat S3.
Untuk tenaga Doktor bagaimana kondisi sebenarnya?
Pada level nasional, kita masih kekurangan. Sementara, pemerintah mewajibkan perguruan tinggi (PT) untuk memiliki 60 persen tenaga pengajar Doktor pada tahun 2020 nanti. Uniba sudah mendekati persentase tersebut.
Target itu apa itu bisa dicapai di Kepri?
Saya senang dengan pertanyaan Anda. Program S3 itu bukan hal yang sulit. Orang-orang di Indonesia, dan Kepri khususnya mempunyai intelektual yang tidak kalah dengan SDM dari negara lain. Putra-putri Kepri bisa dengan mudah mendapatkan gelar Doktor. Masalahnya, peluang masuk dan meraih gelar S3 tadi terbatas. Guna meraih S3 membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya. Khusus dana, kalau biaya sendiri tentu berat. Seseorang perlu sponsor (membantu membiayai, red). Sponsor bisa saja dari Pemko, Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Pemprov, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), ataupun Penanaman Modal Asing (PMA).
Hanya itu kendalanya?
Semakin dekat ke inti persoalannya. Begini. Kendala bagi Kepri untuk bisa menghasilkan banyak Doktor adalah tidak adanya program S3. Masyarakat Kepri, kalau ingin mendapatkan pendidikan S3, harus pergi ke daratan Sumatera, atau Jawa. Semua itu membutuhkan biaya lebih untuk transportasi, hotel, penginapan, tempat kos, makan minum, dan lainnya. Ini berdampak kepada menurunnya jumlah peminat dan lulusan Doktor.
Uniba memberikan solusi?
Program S3 harus kita miliki. Uniba tahun 2017 ini siap membuka program S3 Manajemen dengan program studi (Prodi) SDM, dan Pengembangan Wilayah. Lalu S3 Ilmu Hukum dengan Prodi Bisnis dan Kesehatan. Kita juga sedang mengusulkan pendirian Fakultas Kedokteran Gigi kepada Kementerian Pendidikan.
BACA JUGA: Jemmy Rumengan, Penasehat Yayasan Griya Husada
Pengembangan lain?
Uniba mengadakan kerja sama dengan Rumah Sakit (RS) Pertamina Pusat dengan target melahirkan RS Pendidikan pertama di Kepri. RS Pendidikan ini untuk mendukung Fakultas Kedokteran Uniba sekaligus guna memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat Kepri. RS Pendidikan Kepri ini berfungsi sebagai Pusat Kardios, Pusat Medical Check Up, Pusat Transplantasi Ginjal, Rehabilitasi (penderita stroke dan lainnya), dan Kedokteran Kecantikan.
Seperti pelayanan skala internasional?
Tepat sekali. Terkait hal ini, kita bekerja sama dengan BK Hospital Korea Selatan yang akan diwakili Profesor Kim, dan Profesor Tanaka dari Jepang. Kim dan Tanaka ini akan menjadi dosen terbang dan tenaga ahli Uniba. Mereka akan mentransfer ilmu pengetahuannya di bidang kesehatan kepada putra putri Kepri yang mengabdi di Uniba dan berbagai lembaga formal dan nonformal lainnya di Kepri.
Kenapa harus mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri? Tak percaya dengan SDM lokal?
Pendidikan itu tidak boleh kaku. Kita tetap cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita cinta bangsa Indonesia. Bentuknya dengan memberikan porsi lebih kepada banyak anak bangsa Indonesia mengabdi di Uniba. Untuk hal-hal tertentu, tidak ada salahnya kita belajar dengan Korsel dan Jepang. Ini kan bukan menggadaikan negara dan harga diri bangsa. Malah ini upaya nyata Uniba untuk ikut berpartisipasi, mengabdi kepada masyarakat dengan meningkatkan sektor pendidikan, dan pelayanan kesehatan di Kepri.
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bagaimana maksud Anda?
Jujur saja. Selama ini ada sebagian Warga Negara Indonesia (WNI) lebih mempercayakan masalah pengobatan dan pendidikan kepada negara lain. Sebagian kita banyak yang berobat ke Malaysia. Ada juga yang sekolah ke Malaysia dan lainnya. Walaupun boleh dan halal, tapi ini namanya pelarian devisa. Sifat dan cara seperti ini merugikan negara, pendapatan negara jadi berkurang. Nah, dengan adanya RS Pendidikan dan Fakultas Kedokteran Uniba, masyarakat, putra-putri di Kepri tidak perlu lagi ke luar negeri. Cukup berobat dan sekolah di negeri Melayu (Kepri) ini. Ingat, mutu pendidikan, kualitas dosen, sarana dan prasarana Uniba dan RS Pendidikan tidak kalah dengan produk negara lain.
Tujuannya nanti Kepri tidak akan kekurangan dosen Doktor dan dokter?
Tepat. Inilah cita-cita saya. Dan ini pulalah bentuk cinta saya kepada Kepri. Uniba disiapkan menjadi pusat pendidikan dan pusat pelayanan kesehatan terbesar di Kepri. Uniba untuk Kepri. Mari kita jaga, dan kita manfaatkan untuk anak cucu kita nanti. Kepri jangan lagi kekurangan dokter dan Doktor. Kepri harus maju dan itu perlu didukung dengan banyaknya sarjana, master, dan Doktor. Uniba terus melahirkan SDM siap pakai dan memotivasi mereka agar mau mengabdi di pulau-pulau, dan daerah terpencil lainnya di Kepri.
Bisakah terealisasi sementara program Doktor dan dokter perlu banyak biaya?
Kalau kuliah dibayai orang tua tentu akan berat. Usai wisuda, biasanya dokter dan Doktor buka praktik sendiri. Mereka berupaya membalikkan modal/ biaya kuliah mereka. PMDN, PMA, dan pemerintah perlu membantu calon sarjana, dokter, dan Doktor. Ayah kita, HM Sani (gubernur Kepri dulu, red) sudah membantu dokter dan memberikan insentif kepada dokter agar mau bekerja di pulau-pulau. Apa yang sudah dibuat Pak Sani perlu dilanjutkan dan disempurnakan lagi. Kebijakan dan bantuan sudah dibuat, tapi oknum dokter-dokter tidak mau bekerja di pulau. Baru bekerja sebentar (di pulau), oknum tadi sudah minta pulang (bekerja) di kota, seperti Batam.
Antisipasinya apa?
Fenomena banyaknya dokter minta bekerja di kota jangan lagi terjadi. Jangan ada lagi dokter menumpuk di kota-kota, seperti Batam. Sementara pulau-pulau kekurangan dokter. Bupati, Wali Kota, dan Gubernur Kepri, Nurdin Basirun perlu memikirkan, merealisasikan dengan mengirim putra-putri Kepri kuliah kedokteran dan S3. Buat semacam ikatan dinas. Jadi begitu wisuda, tidak ada alasan bagi sang dokter, putra daerah, untuk tidak mau mengabdi di pulau-pulau seperti di Natuna, Anambas, Karimun, Lingga, Bintan, Tanjungpinang dan lainnya. Ikatan dinas akan menghapus fenomena bahwa dokter lebih banyak memilih bekerja di kota-kota besar.
Nampaknya seperti teori?
Buktinya ada dan nyata. Pemerintah Kabupaten Nias Selatan telah mengirimkan 25 putra putri daerahnya kuliah di Fakultas Kedokteran Uniba. Kini mereka sudah semester 5. Pemkab, dan Pemko se-Kepri, serta Pemprov Kepri perlu mencontoh terobosan Pemkab Nias. Anggaran tertinggi pemerintah berada pada sektor pendidikan dan kesehatan. Bila kita bekerja sama dan sungguh-sungguh, Kepri tidak akan tertinggal di sektor pendidikan. Kita tidak perlu lagi mendatangkan atau didatangi SDM, dosen, tenaga kerja terdidik dari provinsi lain, apalagi dari negara lain. Jangan lagi. ***
~~~~~~~~~~ ooo000ooo ~~~~~~~~~~
Biodata
Nama: Prof Dr Ir Muhammad Jemmy Rumengan SE MM
Panggilan: Jemmy
Tempat Lahir: Tondano, Sulawesi Utara, 19 September 1968
Anak ke: Tiga dari empat bersaudara.
Istri: Putri Marlian SE
Anak: Muhammad Tommy Arby Rumengan SE, Muhammad Tammy Ikbal Rumengan SE, Jihan Carrisa Rumengan.
Pendidikan
* SD RK XIX Manado, Sulawesi Utara, 1981.
* SMP Santo Rafael Manado, Sulawesi Utara,1984.
* SMAN 46 Jakarta, 1987.
* Alumnus S1 jurusan Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB), 25 April 1992.
* Alumnus S2 jurusan Magister Manajemen di Universitas Surapati, Jakarta, 20 Agustus 2003.
* Alumnus terbaik program Doktor (S3) jurusan Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), 20 Mei 2009.
Pekerjaan/ Jabatan
* Penasehat Yayasan Griya Husada Batam.
* Rektor Universitas Batam (Uniba) periode 2006-2014.
* Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Uniba sejak April 2014.
* Assesor penilai beban kerja dosen yang telah tersertifikasi di Kopertis Wilayah X (Sumbar, Riau, Kepri, Jambi).
* Guru Besar Kopertis X Sumbar Jambi Riau Kepri 2009.
* Rektor Institut Kesehatan Indonesia di Jakarta tahun 2014-2016.
* Staf Khusus Gubernur Kepri 2016 sampai sekarang.
Repoter: Suprizal Tanjung