batampos – Pembangunan infrasktruktur dan suprastruktur pelabuhan Batuampar terus dikembangkan untuk menjadi salah satu pelabuhan modern. Kedepannya, setelah semua lengkap, proses bongkar muat akan langsung dikelola langsung oleh BP Batam.
Direktur Badan Usaha Pelabuhan (BUP) BP Batam, Dendi Gustinandar mengungkapkan, 90 persen aktivitas ekspor di Batam melalui pelabuhan-pelabuan di Batam. Sementara 10 persen lainnya melalui Bandara Hang Nadim dan Belakangpadang.
Sebagian besar ekspor itu melalui pelabuhan Batuampar sebesar 60 persen. Artinya pelabuhan Batuampar masih menjadi pelabuhan utama untum aktivitas ekspor.
“Prioritas BP Batam adalah, membangun pelabuhan dari sisi infrastruktur, suprastrukrur dan tentunya memberikan pelayanan,” kata Dendy.
Baca Juga: 10 Hotel di Batam Buka Lowongan Kerja
Dalam pembangunan infrastruktur, hingga saat ini masih dilakukan. Mulai dari pendalaman alur yang ditargetkan selesai di akhir tahun 2022 ini. Begitu juga pembangunan kontainer yard yang masih dikerjakan dan akan terus dilanjutkan.
Sementara pada suprastruktur, saat ini sedang dilakukan pembelian container crane yang secara bertahap sedang dipenuhi.
“Paling penting bahwa saat ini di Batuampar meningkatkan infrastruktur dan suprastruktur itu untuk mengubah proses bisnisnya,” ujar Dendy.
Kedepannya kegiatan bongkar muat yang ada di Pelabuhan Batuampar akan sepenuhnya dikelola oleh BP Batam. Nantinya, seluruh kontainer yang datang ke Batam akan masuk terlebih dahulu ke area kontainer yard. Begitu juga barang yang hendak keluar Batam akan dikumpulkan di kontainer yard terlebih dahulu.
Baca Juga: Parkir di Badan Jalan, Kendaraan akan Diderek
Hal ini sudah dilakukan diseluruh pelabuhan modern yang ada Tanjungpriok, Tanjungperak, Singapura, Malaysia dan pelabuhan modern lainnya.
“Kalau di Batam (sekarang) tidak, sebagian besar dia langsung keluar lewat Batam. Karena pengelolaan kita sangat konvensional,” jelasnya.
Untuk meniru pelabuhan modern itu, tentu infrasktrukturnya harus dilengkapi. Dimana, saat ini kontainer di pelabuhan Batuampar mencapai 500 ribu TEuS per tahun, maka diperlukan area kontainer yard seluas 10 hektar.
Saat ini, area kontainer yard sudah tersedia seluas 3,8 hektar dan masih ada lahan kurang lebih 7 hektar yang terus dibangun.
Sehingga, jika seluruhnya lengkap termasuk dengan container crane, sudah tidak akan ada lagi kegiatan bongkar muat diluar BP Batam, khususnya untuk kontainer. Saat ini bongkar muat masih dilakukan oleh perusahaan bongkar muat yang ada di Batam.
“Nantinya setelah kita lengkapi semua infrastruktur dan suprastruktur, kita akan rubah proses bisninsnya sama dengan pelabuhan pelabuhan bongkar muat lainnya. Kita namakan terminal peti kemas Batam, dan cara bongkar muat sama dengan pelabuhan di seluruh duni,” katanya.
Baca Juga: FSPMI Tolak Penetapan UMP Gunakan PP 36, Walkout Dari Rapat Dewan Pengupahan
Jadi, untuk kontainer yang terkumpul di area kontaner yard akan dikelola langsung BP Batam. Sebab, semua peralatan bongkar muat itu akan disiapkan oleh Bp Batam.
Namun, untuk pengelolaan itu juga dilakukan secara bertahap. Karena memerlukan investasi yang tidak sedikit untuk melengkapi seluruh peralatannya.
“Kita rencanakan secara tahap mulai 2023 tapi akan dedicated di 2024 kita perkirakan. Jadi nanti lengkap alat bongkar muatnya dan nanti betul-betul menjadi terminal peti kemas Batam yang bongkar muatnya dilakukan oleh BP Batam, jadi tidak ada lagi alat-alat yang sudah lama,” katanya.
Ia menjelaskan, saat ini peralatan bongkar muat di Pelabuhan Batuampar hanya mampu membongkar kontainer dari kapal sebanyak 4 hingga 8 kontainer per jamnya. Sementara dengan peralatan bongkar muat yang saat ini telah dipesan di Korea seharga Rp 123 miliar, mampu mengeluarkan 24 kontainer per jam dari kapal.
Baca Juga: Industri Maritim Tetap Eksis Ditengah Resesi 2023 Mendatang
“Kita perlu bukan hanya satu, kita perlu minimal 4. Kalau kita sudah bisa 24, berarti tiga ratus lebih cepat. Kalau dia bisa tiga kali lebih cepat, kapal akan jadi lebih murah, kalau ada kapal bawa 1.000 kontainer dan ada tiga alat, satu jam bisa 72 berarti dia hanya tambat hanya 13 jam dan tidak sampai satu hari. Tapi kalau dengan alat yang lama, dia bisa dua sampai tiga hari. Pengaruhnya juga pada biaya tambat. Sehingga nanti cost logistik menjadi menurun,” tuturnya.
Ia menambahkan, pembangunan pelabuhan ini akan terus dilakukan dan tidak berhenti. Karena kondisi Pelabuhan Batuampar yang masih jauh dari harapan. Sebagaimana alur laut yang ada di Pelabuhan Batuampar masih sangat dangkal sehingga dilakukan pendalaman hingga minus 12 agar kapal-kapal besar bisa bersandar di Batam.
“Akhir proyek nanti, kita berharap bisa lancar semua bisa minus 12. Desember ini semoga bisa selesai,” imbuhnya. (*)
Reporter : Eggi Idriansyah