Sabtu, 9 November 2024

Puskesmas Batuaji Kembali Aktifkan Jumantik untuk Mencegah DBD

Berita Terkait

spot_img
Ilustrasi.

batampos – Puskesmas Batuaji masih fokus dengan upaya untuk menekan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Selain terus mensosialisasikan jaga pola hidup sehat, puskesmas Batuaji juga kembali memaksimalkan peran para juru pemantau jentik nyamuk (Jumantik) yang sudah dibentuk sebelumnya. Jumantik diaktifkan kembali di tiap pemukiman agar bisa mengawal dan mengontrol keberadaan jentik nyamuk yang menjadi sumber penyakit DBD.

“Masih kita untuk aktifkan semua Jumantik yang ada. Kita tetap fokus dengan penanganan penyakit DBD ini, ” ujar kepala Puskesmas Batuaji Sri Fetra.

Salah satu upaya penting dalam melawan penyebaran penyakit DBD ini adalah membasmi jentik nyamuk. Nah peran Jumantik tadi untuk memastikan lingkungan rumah dan pemukiman tidak ada jentik nyamuk yang berkembang.

“Jumantik ini sudah ada di setiap pemukiman. Tim kami dan kader posyandu akan memaksimalkan kinerja jumantik dengan target satu rumah satu jumantik,” Sri.

Jumantik dianggap penting karena mencegah penyebaran nyamuk yang menjadi sumber penyakit DBD untuk berkembang biak. Untuk nyamuk jenis aedes aegpety yang hidup di air bersih juga akan dibasmi oleh jumantik dengan menjalankan program tiga M (mengubur, menutup dan menguras wadah penampungan air).

Dijelaskan Sri, penyebaran penyakit DBD masih fluktuatif. Tiap bulan selalu ada pasien yang berobat ke Puskesmas. Ini artinya ancaman DBD masih ada sehingga perlu peran aktif semua pihak untuk melawan penyebaran DBD sesuai yang dilanjutkan Dinas Kesehatan.

“Januari sampai Juli kemarin 35 kasus DBD yang ditangani Puskesmas Batuaji. Masih ada dan perlu peran aktif kita semua untuk jaga kebersihan diri dan lingkungan,” imbau Sri.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmajardi sebelumnya juga menyerukan hal yang sama. Seluruh lapisan masyarakat diminta untuk waspada dan tetap menjaga pola hidup sehat tadi. Jumantik yang mengawasi kembang biak jentik nyamuk harus kembali diaktifkan.

“Tetap harus waspada. Pola hidup sehat harus diperhatikan betul apalagi selama musim hujan ini,” ujar Didi, belum lama ini.

Disebutkan Didi penyebaran penyakit yang disebabkan sengatan nyamuk aedes aegepty perlu diwaspadai. Ini karena peluang mewabah kembali terbuka selama musim hujan ini jika masyarakat lengah dengan kebersihan lingkungan tempat tinggal atau kerjanya.

“Dari Dinkes sendiri kami sudah seruhkan ke setiap puskemas dan kader (posyandu) untuk kembali aktifkan juru pemantau jentik nyamuk (jumantik) baik yang cilik atau dewasa. Itu yang paling efektif untuk mencegah penyakit DBD ini. Minimal satu rumah satu jumantik,” katanya.

Untuk lingkungan yang belum memiliki jumantik, Didi berharap agar petugas dari Puskesmas segera bergerak memanfaatkan anak-anak sekolah yang ada sebagai jumantik. “Yang sudah ada diaktifkan lagi dan yang belum segera dibentuk. Ini penting karena kalau ada jumantik dalam rumah tentu lebih efektif karena dia lebih tahu keadaan dalam rumahnya,” katanya.

Jumantik ini terang Didi, tugasnya untuk memantau jentik-jentik yang menjadi bibit nyamuk di rumah. Jika ada maka jumantik akan memberantasnya dengan berbagai cara yang sudah diajarkan.

Sementara untuk upaya pencegahan penyebaran penyakit DBD selain fogging dari Dinkes, masyarakat juga dihimbau untuk melakukan pola 3 M plus yang sudah diajarkan yakni menguras, mengubur dan menutup wadah penampungan air serta mengenakan alat pengaman anti nyamuk saat beraktifitas di luar rumah seperti cairan anti nyamuk dan kelambu saat tidur. (*)

Reporter: Eusebius Sara

spot_img

Update