Jumat, 20 September 2024
spot_img

Puskesmas di Batam Juga Pantau Kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak

Berita Terkait

spot_img
KidneyCancerMetastasis 768x403 640x403 1
Ilustrasi pasien gagal ginjal.

batampos – Penyakit gagal ginjal akut pada anak usia dibawa lima tahun jadi fokus perhatian tenaga medis di Kota Batam saat ini. Rumah sakit, Puskesmas, dan fasilitas layanan kesehatan lainnya diminta untuk mengawasi perkembangan penyakit ini. Pasien anak yang berobat diperiksa secara teliti sebagai upaya pencegahan.

Puskemas Galang dan Batuaji misalkan menitiberatkan perhatian terhadap penyakit yang menjadi atensi dari Kementerian Kesehatan RI tersebut.



“Iya sudah diinstruksikan untuk perhatikan betul masalah ini. Kita awasi terus dan Alhamdulillah sejauh ini belum ada (pasien gagal ginjal akut) yang berobat di sini. Semoga tak ada demi generasi bangsa yang sehat dan cemerlang,” ujar Kepala Puskesmas Batu Aji, Sri Fetra Neti.

Baca Juga: Dinas Kesehatan Kota Batam Investigasi Kasus Gagal Ginjal Akut

Senada disampaikan oleh Kepala Puskesmas Galang dr. Jee Airo Farullah yang menuturkan bahwa upaya pencegahan juga mulai gencar disosialisasikan kepada masyarakat. Untuk upaya pencegahan seperti yang dianjurkan oleh Kemenkes RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahwa penggunaan obat cairan seperti sirup dan sejenisnya sebaiknya dihentikan dulu.

Jika memang perlu obat-obatan, anak hanya disarankan mengunakan obat giling yang diresepkan dokter ataupun petugas medis.

“Itu yang kita sampaikan ke masyarakat. Untuk kasusnya belum ada sampai saat ini. Kita tetap pantau,” ujar dr Jee.

Baca Juga: 1 Anak di Batam Meninggal Akibat Gagal Ginjal Misterius

Seperti diketahui sejak akhir Agustus 2022, Kemenkes dan IDAI telah menerima laporan peningkatan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal/Acute Kidney Injury (AKI) yang tajam pada anak, utamanya di bawah usia lima tahun.

Seiring dengan peningkatan tersebut, Kemenkes meminta para orang tua untuk tidak panik, tetap tenang. Namun selalu waspada terutama ketika anaknya mengalami gejala yang mengarah kepada gagal ginjal akut, seperti ada diare, mual, muntah, demam selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk, serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.

“Ini sangat penting kepada seluruh masyarakat khususnya yang mempunyai anak di bawah umur 18 tahun, utamanya adalah anak balita, kalau terjadi penurunan frekuensi buang air kecil dan juga penurunan air kencingnya, bahkan sama sekali tidak keluar air kencingnya atau yang disebut anuria itu maka segera dilakukan pemeriksaan atau dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan,” ujar Juru Bicara Kemenkes Syahril, dalam keterangan persnya, Rabu (19/10) secara virtual.

Baca Juga: Ingat, Tilang ETLE Resmi Diterapkan 24 Oktober di Batam

Syahril juga meminta keluarga pasien untuk membawa atau menginformasikan obat yang dikonsumsi sebelumnya dan menyampaikan riwayat penggunaan obat kepada tenaga kesehatan.

“Jadi kalau anak ini dibawa ke dokter atau rumah sakit, obat-obat yang diminum sebelumnya itu harus dibawa untuk menyampaikan riwayat pengobatan yang sudah dilakukan atau obat-obat yang telah diminum sebelumnya,” ujarnya.

Untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam rangka pencegahan, Kemenkes juga sudah meminta tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirup, sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.

Baca Juga: Bangunan Sekitar Masjid Agung Batam Mulai Dirobohkan

“Kementerian Kesehatan juga meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk cair/sirup kepada masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) ini tuntas,” ujarnya.

Kemenkes juga mengimbau masyarakat agar dalam pengobatan anak untuk sementara waktu tidak mengonsumsi obat dalam bentuk cair/sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

“Sebagai alternatif dapat menggunakan sediaan lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya,” ujarnya. (*)

 

 

Reporter : Eusebius Sara

spot_img
spot_img

Update