Kamis, 19 September 2024
spot_img

Rapor Merah Pendidikan di Batam, Sekolah Unggulan Masuk Zona Rawan

spot_img

Berita Terkait

spot_img
Tri Wahyu Purbianto Kadisdik Batam Dalil Harahap 78 scaled e1697799331527
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Batam Tri Wahyu Rubianto. F.Dalil Harahap

batampos – Mendekati pelaksanaan pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang akan digelar Juni mendatang, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam masih dihadapkan dengan rapor merah terkait pelaksanaan PPDB dari Kementerian Pendidikan dan RISTEK.

Rapor merah dunia pendidikan ini karena jumlah siswa di sekolah negeri yang terus melebih kapasitas, usai pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB).



Kepala Disdik Batam, Tri Wahyu Rubianto mengatakan persoalan masih sama dari tahun ke tahun. Polemik daya tampung yang melebih kapasitas karena tingginya minat ke sekolah negeri masih belum terselesaikan.

Berdasarkan peta pendidikan, beberapa sekolah masuk kategori rawan. Hal ini karena tingginya minat orangtua ke sekolah tertentu yang dulunya berlabel sekolah unggulan.

“Di Sekupang ada SMPN 3, di Bengkong ada SMPN 6, begitu juga di Legenda dan Lubukbaja yang hanya memiliki satu SMPN,” kata Tri, Senin (6/5).

Baca Juga: Amsakar Tepis Kabar Mundur dari Partai NasDem

Meskipun status sekolah unggulan sudah dicabut, tetap saja minat ke sekolah tertentu tersebut tinggi. Akibatnya, jumlah pendaftar melebih kuota daya tampung yang tersedia.

“Rata-rata sekolah itu terima 6-7 kelas. Meskipun ada juga yang sampai 9 kelas. Namun jumlah ini bisa saja meningkat, karena tingginya antusias ke negeri. Makanya sekolah dua sif tidak terhindarkan,” ujarnya.

Penambahan ruang kelas baru juga bukan solusi yang bisa diterapkan di semua sekolah. Hal ini karena melihat ketersediaan lahan yang ada. Tri mengungkapkan area terbuka juga harus tetap ada, agar ruang dan gerak anak-anak tetap terjamin.

“Tidak mungkin semua dibangun RKB. Kami juga harus memikirkan ruang terbuka untuk mendukung interaksi dan aktivitas anak di sekolah. Jadi tak bisa dipaksakan atau bergantung pada RKB ini,” bebernya.

Menurutnya, solusi yang paling aman adalah melakukan pemerataan penerimaan siswa. Penyebaran siswa di sekolah swasta dan negeri harus berimbang. Sehingga persoalan daya tampung di sekolah negeri ini terselesaikan.

“Kami sudah berikan kesempatan sekolah swasta untuk menjaring peserta didik lebih dulu. Harapannya penyebaran calon siswa bisa terjadi, dan antusias ke negeri bisa melandai,” ujarnya.

Baca Juga: Batik Air Malaysia Tambah Frekuensi Penerbangan Batam-Kuala Lumpur Seminggu 4 Kali

Solusi lain yang juga tengah juga digodok adalah mengoptimalkan jumlah siswa per kelas. Ada kemungkinan peningkatan jumlah siswa, jika memang terjadi peningkatan volume pendaftaran di negeri.

“Masih kami matangkan. Rencananya untuk SD negeri dari 28 menjadi 32 siswa, sementara untuk SMPN 32 bisa jadi 36 per kelas,” tutupnya. (*)

 

Reporter: Yulitavia

spot_img
spot_img

Update