batampos – Kelompok Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual (LGBT) dalam perilakunya sama jahatnya seperti halnya pengguna narkoba, yakni mencandu (adiktif) dan menularkan. Mereka yang termasuk dalam kelompok menyimpang ini mempengaruhi serta menularkan kebiasaan penyimpangan seksualnya kepada kelompok lain yang normal.
Pemerhati Anak Kepri, Erry Syahrial menyebutkan, sifat menular dan adiktif dari penyimpangan ini jelas terlihat. Ketika seseorang yang normal sudah terpengaruh oleh gaya hidup LGBT maka dibutuhkan upaya yang ekstra untuk dapat mengembalikan kepada psikis normal yang seharusnya ada.
“Banyak remaja yang terjebak dan bahkan dijebak untuk masuk ke lingkungan (LGBT) tersebut. Semisalnya menjebak dengan pertemanan, media sosial dan bahkan ada beberapa kasus yang kami tangani korban diancam identitasnya akan dipublikasikan jika sampai mengadu,” ujar Erry, Senin (23/10).
Menurutnya, kalangan remaja menjadi kelompok yang paling mudah dipengaruhi. Terlebih lagi secara emosional mereka yang masih labil dan juga disebabkan pengaruh media sosial sehingga mereka membuat suatu perkumpulan sehingga ini menjadi sebuah tren yang harus diikuti oleh kalangan remaja.
“Seperti kasus-kasus yang kita temukan, sasarannya adalah anak-anak yang kurang benteng pertahanan. Seperti kurang iman, pengaruh lingkungan seperti di tempat tinggalnya sudah ada yang masuk ke kelompok ini sehingga ia ikut terpengaruh, dan juga karena pengaruh pola asuh di keluarga,” ungkap Erry.
Dikatakan Erry, banyak juga mereka yang bergabung dengan komunitas ini setelah tidak mendapatkan pendidikan yang baik di keluarganya. Anak yang broken home dan bahkan mendapatkan perhatian yang sangat kurang dari keluarganya.
“Dalam situasi dan kondisi seperti ini, orang tua harus lebih peduli terhadap anaknya. Sebab jika terus dibiarkan anak akan terus menyimpang dan makin menjadi-jadi. Orang tua harus peduli, jika perlu berikan terapi kepada anaknya, ” ucapnya.
Selain itu orang tua juga harus mampu memberikan penjelasan yang komprehensif tentang pendidikan seksual ke anak-anaknya. Semisalnya, dengan menanamkan sejak dini karakter dan perbedaan tanggung jawab antara seorang anak perempuan dan laki-laki, sehingga mereka menjadi paham.
“Memberikan kepahaman dan edukasi soal pendidikan seks ini juga penting. Jangan sampai melakukan hal-hal yang dilarang secara norma, bagaimana bergaul yang benar dan sebagainya sehingga anak-anak memiliki pemahaman yang cukup,” tambah Erry.
Selanjunya, pergaulan anak juga harus diawasi. Tidak lagi anak perempuan saja, pergaulan anak laki-laki juga harus dan wajib dikontrol orang tua. Kira-kira dia berteman dan dekat dengan sesama jenis dari bahasa tubuh akan terlihat. Apabila sudah mulai agak lain harus segera diwaspadai dan diberikan teguran sebelum mereka masuk ke lingkaran setan tersebut.
“Ada juga orang tua sudah ketahuan anaknya seperti itu sudah lama namun tetap dibiarkan. Ini yang susah, tapi kalau masih baru bisa segera ditarik dan bahkan diobati. Bagi para pelaku yang sudah dewasa, kami himbau kepada orang tua agar tidak segan segan untuk melaporkan ke polisi. Karena ini sudah masuk ke pencabulan sehingga ada efek jera dan pelaku tidak lagi merajalela,” tegas Erry.
Menanggapi banyaknya kasus LGBT di kalangan remaja di Batam, Kepala Dinas Pendidikan Batam Tri Wahyu Rubianto mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Batam untuk melakukan sosialisasi terhadap seluruh siswa di Kota Batam melalui puskesmas milik Dinkes.
“Kita sudah buat surat permohonan. Nantinya kita bersama tim akan langsung turun ke sekolah-sekolah untuk memberikan sosialisasi dan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi yang di dalamnya juga akan masuk tentang bahaya LGBT ini. Jadwalnya akan segera kami susun,” tegas Tri.
Selain sosialisasi bahaya LGBT, pemahaman dari sekolah-sekolah harus dilakukan dalam rangka memberikan pemahaman. Selain itu peran orang tua tentu sangat penting. Karena banyak kasus, LGBT terjadi karena kurang perhatian dari orang tua. Artinya, perlu adanya penanaman nilai-nilai religi kerohanian dan nilai norma di keluarga masing masing. (*)
Reporter: Rengga Yuliandra