batampos – Beberapa bulan terakhir nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga dolar Singapura terus melemah. Dimana per hari Rabu (19/6), nilai tukar rupiah untuk 1 dolar Singapura Rp 12.250, sedangkan untuk 1 dolar AS Rp 16.300.
Kondisi ini tentunya membuat banyak pengusaha di Indonesia menjerit. Namun hal itu tidak berlaku di Batam. Pelemahan nilai tukar rupiah ternyata membuat pengusaha di Batam untung.
Ketua Apindo Kota Batam, Rafki Rasyid mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar tidak terlalu berpengaruh signifikan untuk Batam. Hal itu dikarenakan, rata-rata orientasi perusahaan di Batam adalah ekspor. Sehingga walaupun bahan baku naik dan rupiah melemah, perusahaan Batam justru dapat untung.
“Saat rupiah melemah, justru nilai jual perusahaan juga naik. Karena hasil produk mereka dijual ke luar negeri dengan mata uang dolar,” ujar Rafki.
Baca Juga: Super Air Jet Buka Rute ke Jambi, Lampung, dan Pangkalpinang
Dijelaskannya, saat rupiah melemah, rata-rata perusahaan di Batam akan mendapat untung lebih besar. Selain produk dijual keluar negeri dengan harga dolar, perusahaan juga untuk dari segi biaya operasional. Seperti upah tenaga kerja, biaya makan suplier dan lainnya.
“Karena yang ada di Indonesia, dibayar dengan rupiah. Sedangkan produk dijual dengan dolar,” kata Rafki.
Berbeda dengan perusahaaan di luar Batam, seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan lainnya. Dimana mereka menjual produk di dalam negeri, dan bahan baku dalam negeri. Sehingga modal yang dikeluarkan akan lebih besar untuk biaya bahan baku.
“Pasar mereka dalam negeri, produk yang dijual pun dalam bentuk rupiah, sehingga akhirnya merugi,” ungka Rafki.
Baca Juga: Pipa Air Bocor Saat Alat Berat Lakukan Normalisasi
Tak hanya itu, Kota Batam sebagai daerah FTZ juga mendapat banyak keuntungan. Dimana untuk perhitungan penjualan diperbolehkan menggunakan negara asing atau dolar.
“Batam mendapat pengecualian dari Bank Indonesia karena daerah FTZ, soal perhitungan penjualan dengan uang negara asing,” ungkapnya.
Namun, lanjut Rafki, pengusaha yang merugi adalah yang memiliki hutang di luar negeri dalam bentuk dolar. Karena mereka harus membayar hutang dengan nilai dolar yang naik.
“Ketika nilai tukar rupiah melemah, otomatis nilai tukar dolar naik, sehingga hutang dalam bentuk dolar yang dibayar lebih banyak. Namun tak banyak perusahaan dinl Batam seperti itu,” ungkap Rafki.
Baca Juga: Konsorsium Politeknik se-Kepri Adakan Kegiatan Business Matching
Sementara, Iva pegawai Money Changer Banda Baru mengatakan nilai dolar selama seminggu terkahir naik. Namun kenaikannnya secara bertahap.
“Untuk dolar memang sedang tinggi. Setiap hari ada kenaikan, tapi hanya beberapa poin, seperti kemarin ke hari ini naik 20 poin,” ujar Iva. (*)
Reporter: Yashinta