batampos – R, 13, seorang siswa di salah satu Pondok Pesantren di Dapur 12 Sungai Pelenggut, Sagulung yang menjadi korban pengeroyokan oleh tiga seniornya mengaku trauma kembali ke sekolah.
Usai pengeroyokan yang terjadi 11 November 2022 lalu, korban tak lagi mengikuti belajar di Pondok Pesantren tersebut.
VM orang tua korban mengakui kalau anak pertamanya mengalami trauma berat. Sebab, korban tidak lagi mau mondok di pesantren tersebut.
Baca Juga: Kapolresta Barelang Berikan Penghargaan Kepada Kapolsek Lubukbaja, Ini Prestasinya…
“Tidak mau lagi dia (korban-red) bertemu teman santri. Sekolah saja harus ditemani orang tua,” kata VN.
Korban yang saat ini duduk di bangku kelas VIII harus ujian diruangan terpisah dan ditemani oleh orang tuanya.
“Pelaku pengeroyokan dan penganiayaan masih berkeliaran. Karena trauma, Sekarang ujian harus ditemani orang tua,” ungkapnya.
Baca Juga: Remaja yang Dilaporkan Hilang di Batuaji Telah Ditemukan
Untuk mendapatkan pendidikan yang layak, orang tua berencana akan memindahkan korban ke pondok pesantren yang lebih baik, setelah anaknya selesai menjalankan ujian semester.
Orang tua juga berharap kasus yang menimpa anaknya dapat selesai dan tertangkap para pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatanya.
Baca Juga: Dikira Bom, Ini Fungsi Parachute Rocket Flare yang Jatuh di Halaman Rumah Warga Batuaji
“Korban sudah 3 kali diperiksa, tapi belum ada kejelasan dari Polsek. Infomasi terkahir mau gelar perkara. Tapi kita menolak dilakukan di pondok pesantren karena akan mengganggu mental anak saya,” jelasnya.
Beberapa waktu lalu Batam Pos sempat mencoba mendatangi pondok pesantren tersebut. Namun pihak pondok pesantren enggan berkomentar terkait kejadian tersebut.
“Saya harus konfirmasi terlebih dahulu ke pimpinan pondok. Untuk sekarang belum bisa klarifikasi,” jelas salah satu pengurus.(*)
Reporter: Rengga Yuliandra
