Sabtu, 4 Januari 2025

Sekolah Globe National Plus 2 Tegaskan Tidak Ada Kasus Bullying di Lingkungan Mereka

Berita Terkait

spot_img
Kepala Sekolah Globe National Plus II, Sri Eka Purwanti didampingi Penjamin mutu Sekolah Globe National Plus II, Dr. Albert Efendi Pohan mengklarifikasi bahwa tidak ada kasus Bullying di lingkungan sekolah mereka. Foto Rengga

batampos – Kepala Sekolah Globe National Plus 2, Sri Eka Purwanti, menegaskan pihaknya tidak pernah menutup-nutupi isu dugaan bullying di sekolahnya. Ia memastikan setiap kasus yang dilaporkan selalu ditindaklanjuti dengan serius sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pernyataan ini merespons keluhan salah satu wali murid, inisial BS, yang mengaku anaknya kerap menjadi korban bullying di sekolah tersebut.

“Kami selalu menindaklanjuti setiap laporan. Pada 24 Desember, kami mengumpulkan orang tua dan siswa terkait untuk menyelesaikan masalah ini, tapi orang tua bersangkutan tidak hadir. Pemanggilan kedua dilakukan pada 26 Desember, namun tetap tidak ada respons,” ujar Sri Eka, Rabu (1/1).


Sri menambahkan bahwa dugaan bullying tersebut sebenarnya berawal dari sebuah permainan atau tantangan (challenge) yang dilakukan siswa di kelas 3. Dalam permainan tersebut, siswa yang kalah harus berdiri di depan kelas dan membuka celana sebagai bentuk hukuman yang disepakati bersama.

“Permainan ini dilakukan tanpa unsur kekerasan fisik atau psikis. Kami pun juga tidak membenarkan permainan ini dan fasilitas CCTV di sekolah memudahkan kami untuk menelusuri kejadian yang dilaporkan. Sekolah Globe memiliki sistem yang sangat terbuka karena sekolah memberikan kebebasan kepada orang tua untuk menonton seluruh kegiatan anak-anaknya di sekolah melalui CCTV online dari manapun dan kapanpun. Jadi, secara tegas sekolah Globe menyatakan bahwa tidak ada indikasi kejadian ini dilakukan untuk merundung atau menyakiti anak-anak,” jelasnya.

Penjamin mutu Sekolah Globe National Plus 2, Dr. Albert Efendi Pohan, menegaskan sekolah secara rutin memberikan edukasi kepada siswa dan orang tua untuk mencegah terjadinya bullying dengan melibatkan berbagai stakeholder. “Kami dua kali sebulan mengundang orang tua untuk parenting yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada orang tua bagaimana mendidik anak dan mencegah keterlibatan praktik bullying. Setiap Kamis, kami juga melakukan edukasi anti-bullying bagi siswa,” ungkapnya.

Dr. Albert juga menjelaskan bahwa setelah kejadian ini, pihak sekolah langsung mengambil langkah preventif dengan menyosialisasikan kepada siswa dan orang tua agar memahami batasan dalam permainan yang mereka lakukan.

Pihak sekolah menegaskan bahwa mereka selalu membuka pintu dialog secara kekeluargaan untuk menyelesaikan persoalan. “Kami sudah memberikan solusi terbaik, tapi orang tua yang bersangkutan enggan hadir. Jika memang ada bukti, disitu ada pembulian kami harap pihak tersebut melapor ke pihak berwenang, bukan hanya ke media saja,” tegas Albert.

Sekolah juga menjelaskan bahwa dugaan bullying tersebut telah diselidiki melalui rekaman CCTV dan keterangan dari guru-guru yang mengawasi. Berdasarkan hasil tersebut, pihak sekolah menyimpulkan bahwa kejadian tersebut bukanlah tindakan bullying, melainkan permainan yang kurang bijaksana diantara siswa-siswi yang bersangkutan.

“Kami juga telah mencoba berkomunikasi dengan orang tua dan ternyata beliau yang tidak mau melakukan pertemuan, atau komunikasi dengan pihak sekolah. Pihak sekolah sudah berulangkali melayangkan surat ajakan untuk duduk bersama membicarakan masalah ini, ” tegasnya.

Pihak sekolah berharap media dan masyarakat mendukung kerja keras guru yang berkontribusi besar terhadap kemajuan pendidikan. “Guru adalah pilar kemajuan bangsa. Kami meminta semua pihak untuk bersama-sama menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi anak-anak,” pungkas Dr. Albert.

Kasus ini menjadi pengingat bagi semua pihak, termasuk sekolah dan orang tua, untuk terus meningkatkan pengawasan terhadap perilaku siswa demi menciptakan lingkungan sekolah yang lebih baik.

Sementara itu, BS, wali murid yang mengaku anaknya menjadi korban, menyatakan bahwa dirinya kecewa atas kejadian ini. Anak laki-lakinya disebut sering diejek gendut, celananya dipeloroti, dan pernah ditahan di depan kelas. (*)

 

Reporter : Rengga Yuliandra

spot_img

Update