Jumat, 22 November 2024

Sektor Manufaktur Batam Melesat, Masalah Amdal Masih Jadi Hambatan Investasi

Berita Terkait

spot_img
Ilustrasi kawasan industri di Kota Batam. Foto: BP Batam untuk Batam Pos

batampos – Perkembangan sektor industri di Batam, khususnya manufaktur dan jasa, menunjukkan tren positif. Namun, masalah analisis dampak lingkungan (Amdal) dan kebijakan logistik masih menjadi tantangan yang perlu segera diatasi.

Demikian catatan oleh Ketua Apindo Batam, Rafki Rasyid mengenai perkembangan industri di Bandar Dunia Madani. Katanya, geliat sektor industri di Batam terus berkembang, di mana sektor manufaktur menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi bahkan selama masa pandemi.


“Selama lima hingga 10 tahun terakhir, sektor manufaktur menjadi andalan di Batam. Saat pandemi, manufaktur menjadi penopang utama, sehingga pertumbuhan ekonomi Batam tidak mengalami penurunan yang terlalu drastis meski terjadi resesi,” ujar Rafki, Kamis (10/10).

Baca Juga: Dishub Batam Tertibkan 176 Titik Parkir Tak Berizin Sepanjang 2024

Ia menambahkan, kawasan industri di Batam hampir seluruhnya terisi penuh. Perkembangan itu mendorong perluasan kawasan industri baru untuk menampung kebutuhan sektor manufaktur yang terus berkembang.

Namun, Rafki menyoroti masalah terkait Amdal yang masih menjadi hambatan besar, terutama untuk perusahaan penanaman modal asing (PMA).

“Amdal masih menjadi masalah utama, terutama karena pengurusan izin untuk PMA harus dilakukan melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Banyak izin yang tertahan di sana, sehingga belum selesai,” kata dia.

Sementara itu, sektor jasa, khususnya jasa keuangan, logistik, dan pariwisata, juga mengalami pertumbuhan. “Setelah pandemi, sektor jasa keuangan berkembang cukup baik. Namun, untuk logistik, banyak perusahaan yang gulung tikar akibat kebijakan PMK 199 yang membuat barang-barang dari Batam dikenai pajak tinggi ketika dikirim ke luar Batam,” katanya.

Baca Juga: Bapenda Batam Putar Otak Untuk Capai Target PAD di Tengah Ancaman Defisit

Untuk sektor pariwisata di Batam pun mulai pulih, meski belum sepenuhnya. Tetapi, tantangan masih ada, termasuk tingginya harga tiket feri internasional dan masalah visa.

“Harga tiket feri yang masih mahal, meski sudah ada penurunan, tetap memberatkan. Kenaikannya lebih dari 100 persen, jadi penurunan kecil tidak berpengaruh banyak. Harus ada penurunan harga yang signifikan agar penumpang meningkat,” ujarnya.

Dalam aspek sumber daya manusia (SDM), Rafki berharap agar Balai Latihan Kerja (BLK) pusat yang ada di Batam segera beroperasi. Hal ini penting untuk mencetak tenaga kerja yang terampil, baik di sektor manufaktur maupun jasa.

Baca Juga: Infrastruktur dan Pengembangan KEK di Batam Jadi Kunci Daya Saing Global

Menurut ekonom Kepri itu, peningkatan kualitas SDM harus menjadi prioritas agar industri di Batam dapat terus berkembang tanpa bergantung pada Tenaga Kerja Asing (TKA).

“Peningkatan kualitas SDM itu tidak bisa dihindari. Kalau tidak melalui pendidikan, harus melalui pelatihan. Jika SDM kita tidak dipersiapkan dengan baik, maka posisi-posisi penting di industri akan diisi oleh TKA,” kata Rafki. (*)

 

Reporter: Arjuna

spot_img

Baca Juga

Update