Jumat, 20 September 2024
spot_img

Sepanjang 2024 Ada 232 Kasus DBD di Batam

Berita Terkait

spot_img
ilustrasi demam berdarah
Ilustrasi. Demam berdarah.

batampos – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama tiga tahun terakhir relatif terjadi penurunan. Dimana, berdasarkan data sepanjang Januari hingga 16 Juli 2024 kemarin, kasus penderita DBD di Kota Batam, tercatat sebanyak 232 orang.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam Didi Kusmarjadi menyampaikan 232 kasus DBD itu tersebar di berbagai daerah berdasarkan wilayah kerja Puskesmas. Menurutnya, kasus tertinggi terjadi di bulan Juni yakni 50 kasus dan di bulan Juli yakni sebanyak 45 kasus. Kasus di bulan Juli ini diprediksi akan terus mengalami kenaikan mengingat data tersebut baru sampai pertengahan bulan atau hingga per 16 Juli 2024 ini.



“Kasus terendah terjadi bulan April yakni 12 kasus. Lalu Januari dan Mei masing-masing 29 kasus, ” ujarnya, Rabu (17/7).

Lalu, jika dibandingkan dengan tiga tahun terakhir, kasus DBD di Kota Batam bisa dikatakan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tercatat, sepanjang tahun 2023, kasus DBD di Batam capai 319 pasien, dan dimana dari ratusan penderita DBD itu, terdapat tiga orang di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu di sepanjang tahun 2022 terdapat 902 kasus dimana enam orang penderitanya meninggal dunia. Lalu tahun 2021 terdapat 710 kasus dengan kasus kematian empat orang.

“Untuk tahun 2024 ini kasus kematian sebanyak tujuh orang dan terbanyak dibanding tahun sebelumnya, ” tambah Didi.

Adapun data meninggal akibat DBD di tahun ini adalah TJ, 59, warga Sungai Lekop. Pasien sempat di rujuk ke Rumah Sakit Graha Hermine sebelum akhirnya meninggal dunia 9 Januari 2024 lalu. Selanjutnya, DP warga Baloi Permai yang juga dirujuk ke Rumah Sakit Camanta Sahidya dan meninggal 14 Januari 2024 dan AE, 11 tahun warga Belakangpadang dirujuk ke RSBP Batam dan meninggal dunia pada 24 Januari 2024.

Pada tanggal 30 Januari juga terjadi kasus kematian akibat DBD, korbannya WR, 5, warga Sungai Pancur dan meninggal di RSUD Embung Fatimah. Selanjutnya, MB, 29, warga Tiban Baru meninggal di Rumah Sakit Awal Bros pada 17 Maret 2024

Selanjutnya PP, 46, WARGA Sekupang. G meninggal di Rumah Sakit Graha Hermine pada 11 Mei 2024 dan terakhir, KN, 43, warga Sungai Langkai meninggal di Graha Hermine 12 Juli 2024.

“Totalnya di tahun ini ada 7 kasus meninggal dan tertinggi di sepanjang tiga tahun terakhir, ” terang Didi.

Sementara itu Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batam Melda Sari mengatakan, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini seringkali muncul pada musim pancaroba, khususnya di awal tahun. Tingginya curah hujan mempengaruhi peningkatan DBD. Genangan air timbul setelah hujan juga berpotensi menjadi sarang nyamuk.

“Peran masyarakat dalam mewaspadai penularan kasus DBD sangat besar. Jika terkena gejala DBD segera ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama,” ungkapnya.

Selain itu Walikota Batam juga telah mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan dini peningkatan DBD di Batam. Salah satu poinnya adalah, dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk peduli dalam upaya mencegah penyebaran DBD antara lain dengan upaya penggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus.

Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mengubur kembali barang bekas yang dapat menampung air hujan serta plus cara lain dengan memantau wadah air yang dapat menjadi tempat perkembanganbiakan nyamuk aedes aegypty.

Dalam surat edaran ini juga meminta agar masyarakat untuk segera membawa ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama atau melaporkan apabila ada warga yang terkena DBD. Membantu petugas dalam kelancaran kegiatan penyelidikan epidemiologi dan fogging fokus yang dilakukan di wilayahnya masing-masing apabila ada kasus DBD.

Anggota DPRD Batam Safari Ramadan sebelumnya mengaku prihatin dengan berkembannya penyakit DBD saat ini, apalagi sudah memakan korban di beberapa daerah. Instansi terkait diminta untuk mencegah agar DBD tidak meluas. Antisipasi yang baik dengan menjaga lingkungan untuk tetap bersih.

“Apalagi kondisi cuaca saat ini yang sejuk atau musim hujan yang diingini oleh nyamuk aedes aegepty sumber penyakit DBD berkembang. Pilhannya ialah mengalakkan lagi kegiatan pencegahan melalui budaya gotong royong di masyarakat. Baik itu di tingkat RW, RT atau pun perumahan, ” ujarnya.

“Untuk itu kita menghimbau kepada masyarakat Batam untuk menggalakkan kembali budaya gorong royong. Mudah-mudahan ini sebagai langkah efektif penanggulangan kasus DBD. Agar ke depan tak ada lagi korban jiwa,” tutupnya. (*)

Reporter: Rengga Yuliandra

spot_img
spot_img

Update