Kamis, 14 November 2024

Sepenggal Penyesalan Saksi Mata Tenggelamnya Mahasiswa Politeknik Negeri Batam

Berita Terkait

spot_img
Tim SAR menemukan jenazah mahasiswa Politeknik Batam tenggelam di Empang Batam Center, Selasa (26/9). F Muhammad Nur/Batam Pos

batampos – Jasad mahasiswa Politeknik Negeri Batam, Muhammad Tsaqif Nofriza akhirnya berhasil ditemukan penyelam dari Brimob Polda Kepri, Selasa (26/9/2023) pukul 08.25 WIB.

Tsaqif tenggelam di Empang (semacam kolam besar ukuran dua kali lapangan sepakbola), Batam Centre, Senin (25/9/2923) sekitar pukul 16.30 WIB. Mahasiswa semester 3 Jurusan Teknik Mesin ini tenggelam berjarak 10 meter dari tepi danau saat mencoba menyelamatkan kapal prototype milik kampus yang ia uji coba kendalikan bersama rekan sekelasnya, sebagai bagian dari latihan jelang mengikuti lomba Kontes Kapal Cepat Tak Berawak (KKCTBN) pada Oktober di Jakarta.

Kisah tenggelamnya Tsaqif, ternyata menorehkan sepenggal penyesalan dari salah satu saksi mata yang menyaksikan langsung peristiwa itu di tepi Empang tersebut. Dia adalah Ian Munajat.

Saat ditemui Batam Pos sesaat setelah jasad Tsaqif ditemukan penyelam muda dari Brimob Polda Kepri, Bharada Renaldi Trenanda, Ian mengisahkan detik-detik tenggelamnya Tsaqif.

Sore itu, pria paruh baya ini mengaku sedang beristirahat di tepi Empang sembari menyeruput kopi hitam yang ia pesan dari salah satu kedai kopi di tepi Empang.

Baca Juga: Tewas Saat Latihan Lomba, Ini Kronologi Tenggelamnya Mahasiswa Politeknik Batam

“Senang melihat adik-adik mahasiswa itu mengendalikan kapalnya pakai remote control yang memutar-mutar di Empang itu, apalagi ada suaranya,” ujarnya.

Saat asyik menyeruput kopi O (istilah kopi hitam di Batam, red), sembari menyaksikan kapal prototype, tiba-tiba kapal prototype itu terbalik. Melihat hal itu, salah satu mahasiswa membuka pakaian dan hanya menyisakan celana pendek selutut berenang ke arah kapal prototipe itu.

Namun belum sempat menyelamatkan kapal prototype itu, mahasiswa yang ternyata bernama Tsaqif itu terlihat kepayahan, tubuhnya nyaris tenggelam setelah berenang berjarak sekitar 10 meter dari bibir Empang. Ia sempat memberi isyarat minta tolong.

Melihat Tsaqif nyaris tenggelam, salah satu temannya mencoba menolong. Ia berenang sekuat tenaga untuk menggapai tangan Tsaqif. Upayanya berhasil, ia berhasil menggapai tangan Tsaqif. Namun, air yang dalam ditambah lumpur, membuatnya kelelahan. Belum sempat ia menarik Tsaqif ke tepian Empang, genggamannya terlepas.

Tsaqif kemudian tenggelam, sementara sang teman yang berupaya menolongnya tadi, semakin kelelahan. Teman lainnya berupaya menolong dengan berbagai cara hingga berhasil mencapai bibir Empang, sementara Tsaqif tenggelam.

Melihat hal itu, Ian bergegas menemui teman-teman Tsaqif di tepi Empang. “Saya bilang ke mereka, cepat hubungi siapapun yang bisa menolong, ini zaman sudah canggih, cepat,” ujar Ian.

Teman-teman Tsaqif pun berusaha mencari pertolongan. Sementara warga lain yang menyaksikan Tsaqif tenggelam semakin gusar. Termasuk Ian.

“Meronta jiwa ini pak, hati ini sedih, gelisah, mondar mandir sana sini, saya ingin sekali langsung menceburkan diri membantu, namun saya sadar tak bisa berenang,” kenang Ian.

“Di situlah saya menyesal, saya tak bisa menolong karena saya tak bisa berenang,” kenang Ian lagi dengan wajah sedih.

Ia pun mengaku sempat mencoba menghubungi siapa saja yang bisa membantu. Bahkan ia sempat mengontak tim penyelamat dan di ujung telepon ia mendapatkan jawaban kalau tim sedang dalam perjalanan menuju lokasi tenggelamnya mahasiswa tersebut.

“Kejadiannya saya ingat jam 4 lewat 20 atau 30 menit gitu,” ujarnya.

Baca Juga: Begini Kata Anggota Tim SAR, Saat Temukan Mahasiswa Politeknik Batam

Di tengah kegelisahan Ian, sejam kemudian datang salah seorang penyelam. “Saya ingatnya dia tubuhnya besar berisi, saya kasih tahu dia lokasinya persis di tempat ditemukan korban, karena saya lihat persis,” ujarnya.

Tim penyelamat pun berdatangan. Namun waktu sudah petang dan azan magrib mulai berkumandang, pencarian dihentikan sementara. Melihat hal itu, Ian pun makin gelisah.

“Bagaimana anak itu bisa selamat sementara sudah sejam lebih tenggelam dan saya hanya bisa di tepi Empang tak bisa menolong,” ujar Ian.

Akhirnya, setelah magrib pencarian kembali dilanjutkan, Ian meninggalkan Empang dengan harapan Tim Penyelamat bisa menemukan korban. Bahkan ia masih sempat memberitahukan lokasi persis Tenggelamnya korban kepada beberapa tim penyelamat.

“Saya bilang, fokus saja di situ (lokasi tenggelam dan ditemukannya Tsaqif). Saya yakin tak bergeser jauh karena tak ada arus,” ujar Ian.

Ian pun melangkah pergi dengan penyesalan tak bisa menolong karena tak bisa berenang. Sementara tim penyelamat gabungan terus menyusuri Empang mencari jasad Tsaqif. Namun, air yang keruh dan lumpur tebal membuat tim penyelamat kesulitan, sehingga pencarian dihentikan dinihari.

Ayah dan bunda serta sanak saudara serta teman-teman Tsaqif juga tak kalah gelisahnya. Mereka menangis di tepian Empang seraya berdoa agar jasad Tsaqif bisa ditemukan.

Harapan sama juga datang dari ratusan orang di bibir Empang yang menyaksikan pencarian jasad Tsaqif hingga dini hari, lalu bubar seiring dihentikan sementara pencarian dan dilanjutkan pagi hari.

Selasa (26/9/2023) pagi Ian datang lagi ke Empang. Namun ia terlambat beberapa menit saja, jasad Tsaqif sudah ditemukan penyelam muda dari Brimob Polda Kepri persis di lokasi yang ditunjukkan Ian.

“Alhamdulilah sudah ditemukan, tapi tetap saja ada rasa penyesalan tak bisa menolong karena tak bisa berenang,” ujar pria berkumis putih ini.

Sementara itu, detik-detik penemuan jasad Tsaqif tak kalah menegangkan. Bharada Renaldi Trenanda yang berada persis di lokasi tenggelamnya Tsaqif tiba-tiba terlihat menemukan sesuatu. Kakinya terlihat menyentuh sesuatu.

Sejurus kemudian, ia menyelam sedikit lama. Semakin lama gelembung-gelembung udara dari oksigen yang ia lepaskan makin banyak. Lalu ia muncul dengan tangan satu diangkat ke udara sembari berteriak dan melambaikan tangan memberitahu ia telah menemukan jasad Tsaqif. Suaranya kencang meski di mulutnya masih terhubung ke tabung oksigen di punggungnya.

Ratusan warga yang menyaksikan sontak menangis dan histeris melihat jasad Tsaqif. Terutama ayah bunda dan sanak keluarga Tsaqif serta teman-temanya.

Sesaat kemudian tim penyelamat lain merapat menggunakan perahu karet sembari membawa kantong jenazah warna kuning. Bharada Renaldi menarik tubuh Tsaqif dibantu penyelam lain dan tim lain ke perahu karet.

Di perahu karet jasad Tsaqif lalu di masukkan ke kantong mayat lalu bergegas dibawa ke tepi empang.

Sebelum dibawa ke ambulans, ayah dan ibu Tsaqif yang menanti sejak kemarin malam tak kuasa menahan tangis.

“Abang…Abang….,” ujar ayah bundanya Tsaqif histeris, memanggil anak laki-laki satu-satunya itu.

Jenazah Tsaqif kemudian dibawa ke ambulans lalu dibawa ke RS Bhayangkara di Nongsa untuk visum sebelum diserahkan ke keluarganya.

Selamat jalan Tsaqif, semoga Jannatul Firdaus menantimu. Semangatmu menciptakan kapal cepat tanpa awak akan dilanjutkan teman-temanmu.

Reporter: MUHAMMAD NUR

spot_img

Update