batampos – Banyak pengguna jalan khusus pemotor dari Jalan Ahmad Dahlan, Seitemiang, ke arah Simpang Tobing atau Aviari, umumnya berkendara melawan arus. Itu karena, persimpangan jalan tersebut tidak ada U-Turn atau jalur putar balik kendaraan.
U-Turn hanya tersedia di kawasan hutan Mata Kucing, sehingga pengendara harus putar jauh jika ingin ke Simpang Tobing. Inilah yang membuat pemotor memilih berkendara melawan arus meskipun berisiko.
Baca Juga:Â Buaya Berkeliaran ke Pemukiman Warga di Sagulung, Berjemur Dekat Rumah
“Hampir dua kilometer ke hutan Mata Kucing saja kalau mengikuti U-Turn. Padahal, tujuan kita ke Simpang Tobing yang hanya beberapa meter. Dari pada jauh, bagus melawan arus,” kata Robert, warga Batuaji yang bekerja di Tanjungriau, Sekupang.
Situasi yang berkendara tidak aman ini terjadi sejak akses Jalan Pangeran Diponegoro ini dibuka jadi dua jalur. Ada median jalan pembatasan yang cukup curam di tengah jalan sehingga menyulitkan pengendara untuk menyeberang ke jalur sebelah.
U-Turn yang diharapkan sebagai lokasi penyeberangan atau putar balik sangat minim di sepanjang jalan tersebut. Terhitung hanya ada empat U-Turn dari Simpang Basecamp hingga Simpang Seiharapan, Sekupang.
Baca Juga:Â Buaya Berkeliaran ke Pemukiman Warga di Sagulung, Berjemur Dekat Rumah
“Akses jalan ini jadi dua jalur sudah diusulkan untuk setiap simpang masuk ada U-Turn agar memudahkan pengguna jalan putar atau menyeberang, tapi belum ditanggapi. Orang pada malas memutar di lokasi U-Turn karena jauh jaraknya,” ujar Haikal, warga Simpang Tobing.
Berkendara melawan arus ini juga marak terjadi di sepanjang ruas Jalan R Suprapto, Batuaji. Minimnya U-Turn membuat pengendara khususnya pemotor nekat melawan arus meskipun berbahaya. (*)
Reporter: Eusebius Sara