Sabtu, 21 September 2024

Sinyal Kenaikan Tarif Air SPAM Batam

Berita Terkait

spot_img
SPAM Batam
Ilustrasi. Masyarakat mendatangi kantor pusat SPAM Batam di Batam Center untuk membayar tagihan bulanan. Foto: Dokumentasi batampos.co.id

batampos – Kepala BP Batam Muhammad Rudi mulai gerah dengan kritikan tajam masyarakat soal buruknya layanan air bersih di Batam, setelah dikelola SPAM-Moya. Rudi pun menyakinkan bahwa penyebab distribusi air selama ini tersendat karena faktor jaringan pipa yang sudah kedaluwarsa. Rudi pun melemparkan sinyal pentingnya penyesuaian tarif.

“ATB kontrak dengan BP Batam tahun 1995, habis 2020. 25 tahun (mengelola). Seluruh jaringan instalasi pipa sudah berusia 25 tahun kalau yang dipasang pertama. Dalam waktu berjalan ada 20 atau 21 tahun. Tapi yang pertama dipasang, hampir semuanya sudah kadaluwarsa,” ujar Rudi, di acara family day funwalk REI-BTN di Halaman Parkir BP Batam, Minggu (15/1).



Rudi juga mengungkapkan bahwa kapasitas pipa yang terpasang dulu, sudah tidak sesuai dengan kebutuhan hari ini. Sehingga pemenang (pengelola saat ini/Moya) harus mendesain kembali seluruh jaringan pipa yang ada saat ini.

Baca Juga: Warga Batuaji Resahkan Kelompok Remaja Pesta Miras di Malam Hari

Rudi mengaku sudah meminta SPAM-Moya menghitung kebutuhan dana untuk mengganti seluruh instalasi pipa yang ada, sesuai kebutuhan.

“Hampir Rp 4,5 triliun, uangnya dari mana? Dari kita semua. Sepakat? Dari kita semua sepakat? Artinya bapak-ibu, ada penyesuaian untuk (tarif) air ini. Kalau tidak, tak selesai ini, ribut terus ini. Hidup sana, mati sini. Hidup sini, mati di sana karena sudah tidak mampu (pipa yang ada, red),” ujar Rudi.

Tak hanya soal pipa kedaluwarsa, Rudi juga mengatakan, WTP (water treatment plant) atau instalasi pengolahan air yang ada saat ini, kapasitas produksinya sudah tidak mampu menyuplai sesuai kebutuhan yang terus meningkat.

“Jadi, pipa diganti, produksi WTP juga ditambah,” ujar Rudi.

Baca Juga: Polisi Ciduk Komplotan Pencuri Kabel di Jembatan Seiladi

Untuk air baku, Rudi menyebut sudah cukup. Bahkan, pada 2019, sudah dibangun jaringan pipa dari Waduk Tembesi ke Waduk Seiladi, sehingga Waduk Seiladi tak kekurangan air baku lagi karena sudah terhubung dengan Waduk Tembesi.

“Bantu kami bapak ibu, supaya tak dihantam terus, ribut terus ini, sejak dipegang Moya masalah lah, penyelesaiannya itu semua harus diganti utuh (pipa tua, red),” kata Rudi.

Rudi menyebut PT Moya mau membantu pinjaman dengan membangun lebih dulu instalasi air bersih ke pelanggan (mengganti pipa tua) dan membangun WTP baru maupun meningkatkan kapasitas yang telah ada.

“Intinya mereka bangun duluan, kita cicil melalui pendapatan ini,” ujar Rudi.

Baca Juga: 2 Pelajar Curi Motor di Bengkong, Terungkap saat Kendarai Motor Korban

Ia menjelaskan, dulu ketika ATB yang mengelola, BP Batam hanya dapat Rp 25 miliar. “Tapi semuanya diam,” kata Rudi.

Saat ini, BP mendapatkan Rp 320 miliar, namun semua pipanya sudah tua. Sehingga, dengan pendapatan yang ada, separuhnya bisa untuk biaya operasional dan separuhnya lagi untuk potong utang.

“Pertanyaan saya, kalau setahun hanya bayar 320 miliar, butuh berapa tahun untuk menyelesaikan utang (Rp 4,5 triliun) itu? Belum bunga lagi karena pinjaman. Jadi, 20 tahun belum selesai pak, tapi yang penting penyaluran air kita berjalan lancar saja bapak ibu sekalian. Jadi, bantu kami jelaskan ke semua orang, agar di medsos kami tak disudutkan,” katanya. (*)

 

 

REPORTER : Muhammad Nur

spot_img

Update