batampos – Siswa SMPN 56 Batam menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dengan menciptakan kursi dari ecobrick, memanfaatkan sampah plastik yang dikumpulkan dari sekitar sekolah dan pemukiman warga. Dengan ide kreatif ini, mereka berhasil mengolah limbah plastik menjadi produk bernilai guna sekaligus berkontribusi dalam mengurangi sampah plastik di Kota Batam.
Kursi ecobrick ini dibuat dari botol plastik yang diisi padat dengan sampah non-biologis, seperti plastik pembungkus atau kantong plastik bekas. Setelah penuh, botol-botol ini dirangkai menjadi satu hingga membentuk kursi yang kokoh dan tahan lama. Bahkan, secara tampilan, kursi ini tampak mirip dengan produk buatan pabrik.
“Untuk botol ukuran 1,5 liter, dibutuhkan 19 botol bekas dan sekitar 13 kilogram sampah plastik. Selain itu, juga diperlukan bahan lain seperti busa dan kain penutup untuk membuat kursi terlihat rapi dan nyaman,” ujar Kepala Sekolah SMPN 56 Batam, Nurhayati, Rabu (20/11).
Nurhayati menjelaskan bahwa proyek ecobrick ini merupakan bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam program Sekolah Penggerak angkatan kedua di Batam. Proyek P5 ini memiliki tema kewirausahaan, sehingga mendorong siswa untuk kreatif mengolah sampah plastik menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis. Program ini juga menjadi salah satu langkah untuk mendukung program pemerintah dalam menangani permasalahan sampah.
“Kami memilih tema kewirausahaan agar sampah-sampah plastik yang dikumpulkan bisa bernilai ekonomis. Harapannya, produk ecobrick yang dihasilkan tidak hanya bermanfaat untuk siswa, tetapi juga bagi masyarakat luas,” jelas Nurhayati.
Para siswa sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka tidak hanya mengumpulkan sampah plastik dari lingkungan sekolah, tetapi juga door-to-door ke rumah warga sekitar untuk mendapatkan lebih banyak bahan baku. Selain itu, mereka juga mengumpulkan sampah dari warung-warung di sekitar SMPN 56 Batam.
Dalam dua minggu, mereka berhasil mengumpulkan sekitar 600 kilogram sampah plastik. Jumlah ini cukup besar dan diharapkan bisa mengurangi volume sampah plastik di Kota Batam. Proyek ini diikuti oleh seluruh siswa SMPN 56 dari berbagai jenjang kelas, yang bekerja sama dalam kelompok-kelompok.
“Setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda. Ada yang bertugas memasukkan sampah plastik kering ke dalam botol, ada yang merangkai botol menjadi rangka kursi, hingga mengebor dan mengikat botol agar kursi menjadi kokoh,” tambah Nurhayati.
Guru Pembimbing Proyek ini Hari Adi Darmanto menambahkan, proses pembuatan kursi ecobrick ini memerlukan kepadatan plastik tertentu dalam setiap botol. Untuk botol ukuran 1,5 liter, diperlukan kepadatan sekitar 600 gram plastik, sedangkan botol ukuran 600 mililiter memerlukan 250 hingga 300 gram plastik.
“Kepadatan ini penting untuk menjaga kekuatan dan ketahanan kursi saat digunakan,” jelas Hari.
Salah satu produk ecobrick unggulan mereka adalah kursi yang dinamakan “Sofelina 56” atau sofa ecobrick 56, yang diperkirakan mampu menahan beban hingga 100 kilogram. Selain kursi, SMPN 56 juga berencana untuk membuat paving block dari sampah plastik. Paving block ini nantinya akan dibuat dari sampah yang kotor, yang akan dibakar dan dicetak menjadi blok-blok padat.
“Kami sedang mempersiapkan paving block sebagai produk tambahan. Untuk sampah plastik yang bersih, kami jadikan ecobrick, sedangkan sampah yang kotor akan kami olah menjadi paving block. Kami masih membutuhkan dukungan SDM dan alat untuk merealisasikan ide ini,” tambah Nurhayati.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari setiap minggunya, dengan pengumpulan sampah plastik yang sebagian besar berasal dari lingkungan sekitar sekolah dan permukiman siswa. Dengan adanya proyek ini, SMPN 56 berharap dapat membantu pemerintah Kota Batam dalam mengatasi permasalahan sampah sekaligus menggerakkan masyarakat sekitar untuk lebih peduli dalam memanfaatkan sampah plastik secara produktif.
“Kami berharap dengan kegiatan ini, SMPN 56 bersama paguyuban dan siswa dapat memberikan contoh nyata tentang bagaimana cara mengolah sampah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai. Semoga ini menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain dan masyarakat luas,” ucap Hari.
Sejak tahun 2022, SMPN 56 Batam telah aktif dalam proyek ecobrick ini. Selain sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pengelolaan sampah, program ini juga menjadi sarana bagi siswa untuk berkreasi, belajar wirausaha, dan mengasah keterampilan mereka dalam mengolah barang bekas menjadi produk bernilai ekonomis. (*)
Reporter: Rengga Yuliandra