batampos– Sejumlah warga Tiban, Sekupang, menghadapi krisis air bersih yang telah berlangsung selama tiga hari terakhir. Gangguan ini sangat menghambat aktivitas sehari-hari, seperti mandi, mencuci, dan memasak. Hingga kini, belum ada kepastian dari pihak terkait mengenai kapan pasokan air akan kembali normal.
Rifki, salah seorang warga Perumahan Tiban Airis, mengatakan bahwa pasokan air mulai mati sejak Selasa dini hari (14/1) sekitar pukul 01.00. Ia mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama bagi keluarga yang memiliki anak kecil.
“Semalam memang ada mobil tangki yang datang untuk mendistribusikan air, tapi tidak semua rumah kebagian. Sampai sekarang tidak ada pengumuman kapan air hidup lagi. Kami harus mandi pakai air galon. Bahkan untuk mencuci pakaian saja susah,” ungkap Rifki, Rabu (15/1).
Hal serupa dirasakan Fiska, warga Perumahan Akasia. Ia menjelaskan bahwa air di wilayahnya sudah mati sejak Senin malam (13/1). Krisis ini membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan dasar.
“Ini sudah tiga hari air mati. Saya sampai mandi pakai air galon karena tidak ada pilihan lain. Kami benar-benar tidak tahu kapan air akan normal lagi. Kondisi ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari,” keluhnya.
BACA JUGA: Ada Perbaikan Pipa DN 800mm di Simpang Punggur, Suplai Air Bersih Terganggu, Cek Wilayah Terdampak …
Fiska menambahkan, dirinya berharap Air Batam Hilir (ABH) sebagai pengelola layanan air bersih di Batam segera memberikan solusi. Ia menegaskan bahwa air adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa ditunda.
“Bagaimana kami mau beraktivitas kalau air mati? Anak-anak juga sangat terganggu. Kami hanya ingin ada solusi cepat dari pemerintah,” tambah Fiska.
Sementara itu, melalui akun resminya, ABH menyampaikan bahwa gangguan ini berdampak pada beberapa kawasan seperti Patam Lestari, Woodland, Akasia, Sekupang, Tanjung Riau, Tiban Palem Nirwana, Rhabayu, Kavling Tiban 2-3, Irene, CGM, Masyeba Permai, Delta Villa, Green Boulevard, Tiban Koperasi, Tiban Housing, Bukit Permai, dan sekitarnya.
ABH menjelaskan bahwa gangguan ini terjadi akibat penurunan drastis kualitas air baku di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Sei Harapan. Hal ini disebabkan oleh tingginya intensitas hujan di daerah tangkapan air Waduk Sei Harapan, yang menyebabkan tingkat kekeruhan air (NTU) meningkat signifikan.
“Semenjak beberapa hari hujan ini, NTU (tingkat kekeruhan air) naik, sehingga kurang baik jika didistribusikan ke pelanggan. Saat ini baru 50 persen kemampuan dari IPA Harapan dapat mendistribusikan air. Jika dipaksakan dengan menambahkan klorin terlalu banyak, hal itu tidak baik untuk kulit dan kesehatan. Jadi, distribusi dilakukan perlahan sambil menunggu tingkat NTU bahan baku air menurun,” tulis ABH dalam keterangan resminya. (*)
Reporter: Rengga