Selasa, 7 Januari 2025

Tantangan dan Peluang Ekspor-Impor Batam di Tengah Gejolak Global

Berita Terkait

spot_img
Pelabuhan Batu Ampar dari kejahuan. (F. Putut Ariyo)

batampos – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam mencatatkan angka ekspor yang menggembirakan sepanjang Januari-November 2024. Secara kumulatif, ekspor Batam naik 10,43 persen, mencapai US$ 14.745,35 juta, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor juga mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen dengan nilai total US$ 13.012,32 juta.

Namun, meski angka kumulatif menunjukkan tren positif, data bulanan menunjukkan penurunan signifikan pada sektor perdagangan internasional. Pada November 2024, ekspor Batam tercatat sebesar US$ 1.394,75 juta, mengalami penurunan 9,52 persen dibandingkan Oktober 2024. Penurunan ini terutama disebabkan oleh sektor migas yang turun 6,79 persen (US$ 75,27 juta) dan sektor nonmigas yang mengalami penurunan sebesar 9,67 persen (US$ 1.319,48 juta).


Komoditas ekspor terbesar dalam kategori nonmigas adalah mesin dan peralatan listrik (HS 85), dengan nilai mencapai US$ 587,06 juta atau 45,86 persen dari total ekspor Batam selama periode Januari-November 2024.

Di sisi impor, Batam mencatatkan penurunan 1,75 persen pada November 2024, dengan total impor sebesar US$ 1.308,95 juta. Mesin dan peralatan listrik juga mendominasi impor nonmigas dengan nilai US$ 570,86 juta.

Pelabuhan Batuampar tetap menjadi pusat aktivitas perdagangan utama Batam, menyumbang lebih dari 60 persen total ekspor dan impor. Pada November 2024, nilai ekspor melalui pelabuhan ini mencapai US$ 861,72 juta, sedangkan nilai impor tercatat sebesar US$ 972,42 juta.

Amerika Serikat menjadi tujuan ekspor terbesar Batam pada November 2024, dengan nilai ekspor mencapai US$ 370,36 juta atau 26,55 persen dari total ekspor bulan tersebut. Di sisi lain, Tiongkok tercatat sebagai negara asal impor terbesar, dengan nilai mencapai US$ 462,80 juta, mengalami kenaikan 63,96 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Ketua Apindo Batam, Rafki Rasyid, mengingatkan pentingnya kesiapan Batam menghadapi gejolak global, agar kinerja ekspor tidak hanya meningkat secara kumulatif tetapi juga setiap bulan. Rafki menilai bahwa untuk menjaga daya saing Batam, kebijakan yang menarik bagi investor harus diterapkan, terutama dalam hal pengurangan pajak dan penyederhanaan perizinan. “Pajak perusahaan di Batam masih kurang kompetitif dibandingkan dengan negara tetangga seperti Johor,” ujar Rafki.

Ia juga menyoroti potensi peningkatan ekspor ke Eropa, khususnya dalam sektor elektronik, seiring dengan ketegangan perdagangan Uni Eropa dan China. Namun, kendala seperti perizinan yang rumit dan biaya logistik yang tinggi tetap menjadi tantangan yang harus diatasi. “Tarif logistik harus ditekan agar lebih kompetitif,” katanya.

Selain itu, Rafki juga menekankan pentingnya regulasi yang konsisten, termasuk dalam hal pengupahan. Perubahan kebijakan yang sering kali terjadi membuat para pengusaha kesulitan dalam merencanakan jangka panjang. “Sistem lama yang mendasarkan kenaikan upah pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi memberikan kepastian hukum,” tambahnya.

Ketua Apindo Kepri, Stanly Rocky, turut mengkritik dampak kebijakan yang tidak konsisten terhadap iklim investasi. Menurutnya, perubahan mendadak dalam regulasi, seperti penetapan upah minimum, menciptakan ketidakpastian bagi investor. “Batam harus memberikan kepastian hukum untuk menarik investasi. Konsistensi adalah kunci,” tegas Stanly.

Meski menghadapi tantangan global dan kebijakan dalam negeri yang tidak stabil, Stanly tetap optimistis bahwa ekonomi Kepri pada 2025 dapat tumbuh lebih baik dengan dukungan dari realisasi investasi besar. Namun, pertumbuhan tersebut sangat bergantung pada konsistensi kebijakan pemerintah. “Jika pemerintah serius menjaga iklim investasi, Batam dapat terus menjadi kawasan strategis di perdagangan internasional,” tutupnya.

spot_img

Update