batampos – Pasar seken Aviari yang pernah menjadi ikon nya kota Batam berada di ujung tanduk. Pasar barang bekas terbesar di kota Batam ini semakin sepi dari waktu ke waktu. Kios dan toko yang ada di dalam sudah banyak yang tutup. Sebagian lapak bahkan beralih jadi lokasi usaha kuliner dan rumah makan.
Batam Pos yang kembali menyambangi lokasi pasar seken ini, Senin (5/8) nyaris tak menemui pengunjung di kawasan pasar ini. Toko dan lapak dagangan banyak tutup dan banyak juga terpampang tulisan disewakan di pintu toko atau lapak yang tutup.
Beberapa lapak memang masih buka namun tidak semua nya barang bekas yang dijual tapi juga ada toko material, toko sepatu baru dan perabotan rumah tangga. Lapak dan kios pakaian seken yang biasanya ramai berjejer di dalam komplek pasar ini tak terlihat lagi.
Pedagang di sana sebut situasi yang kurang bersahabat ini terjadi sejak pandemi Covid-19 mewabah. Kebijakan larangan keluar rumah hingga aturan new normal dan lain sebagainya benar- benar mengubah keadaan. Dari yang sepi pengunjung berubah jadi tak ada pengunjung sama sekali.
Sulit bertahan itulah yang dikeluhkan pedagang di sana hingga saat ini. Sebagian pedagang bahkan sudah menyerah memilih usaha atau strategis berdagang yang lain karena kebiasaan bertahan menunggu pengunjung datang ke lokasi pasar sudah tak bisa diharapkan lagi.
“Ada yang cari kerjaan lain, makanya banyak yang tutup lapak sekarang. Kondisinya tak lagi seperti dulu. Sulit sekali sekarang. Banyak faktor penyebabnya. Mulai dari larangan masuknya barang seken dari luar negeri, jual beli online (olshop) hingga menjamurnya pasar kaget,” kata Ardi, pedagang pakaian bekas.
Situasi pasar seken ini benar-benar berubah saat pandemi Covid-19 mewabah. Down-nya aktifitas pasar seken terbesar di kota Batam ini juga karena tertutupnya akses keluar masuk ke Singapura ataupun Malaysia. Pedagang kesulitan mendapatkan barang dagangan karena memang tak bisa berpergian ke luar negeri.
“Padahal tahulah pasokan terbesar pasar seken ini dari Singapura. Ini juga yang membuat pedagang barang seken hancur,” ujar Ardi
Faktor lain yang menyebabkan pasar seken ditinggalkan peminat adalah menjamurnya pasar seken dadakan di pinggir jalan ataupun pasar kaget. Pedagang pasar seken yang menetap di lokasi pasar seken tersebut kalah bersaing dengan pedagang pasar seken dadakan yang mana menerapkan sistem jemput bola dengan berjualan hingga ke pemukiman warga. Pasar seken yang sudah populer dikalangan warga Batam ataupun warga luar ini akhirnya tinggal nama dan kemungkinan tak akan bertahan lama lagi.
“Sudah tak ada harapan lagi sekarang karena di luar sana, dimana-mana ada pasar sekennya. Tinggal tunggu waktu saja pasar ini,” ujar Heru, pedagang lainnya.
Persoalan pedagang pasar seken ini sulit diatasi sebab kurangnya dukungan dari pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait barang impor justru membuat pedagang pasar ini tak berkutik.
Harapan akan penertiban pasar kaget juga tidak diindahkan saat ini. Padahal Pemko Batam melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Batam telah merencanakan menertibkan lokasi pasar kaget untuk dialihkan ke pasar-pasar resmi yang ada, namun ini hanya sebatas wacana.
Terkait pasar kaget yang menjamur hingga ke pemukiman warga, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam Gustian Riau mengaku memang belum ada penertiban. Namun demikian pihaknya akan berupaya mendekati para pedagang pasar kaget untuk bergabung ke pasar-pasar resmi terdekat seperti pasar Wan Sri Beni, Marina yang akan segera dioperasikan dalam bulan ini.
“Akan kita koordinir mereka ke pasar resmi terdekat, ” ujar Gustian. (*)
Reporter: Eusebius Sara