Minggu, 24 November 2024

Toko Obat dan Praktik Bidan Menjadi Rumah Sakit Harapan Bunda

HUT ke-25 Rumah Sakit Harapan Bunda Batam

Berita Terkait

spot_img
Hj Gusnawati dan H Henry Minit di masa muda. F Pribadi

batampos – Pada Minggu 17 Januari 1993 lalu, Rumah Sakit Harapan Bunda (RSHB) mendapatkan izin operasional. Kini, dalam Hari Ulang Tahun ke-25, RSHB semakin kokoh dengan posisinya sebagai Rumah Sakit (RS) profesional, bersahabat, bernuansa kekeluargaan. Juga menjadi RS rujukan masyarakat, BPJS, dan pemerintah. RSHB semakin dimiliki masyarakat Batam dan Kepri. Tidak kurang ada 10.000 pasien berobat setiap bulannya.

BACA JUGA: RSHB Batam Rayakan HUT ke-30


Salah satu lembaga kesehatan tertua di Batam ini didirikan dengan doa, tawa, tangis. Semua berkumpul menjadi satu dalam semangat membangun, membesarkan RSHB. RSHB dibangun sebagai kecintaan terhadap Negeri Melayu, Bumi Lancang Kuning ini.

BACA JUGA: RSHB Batam Milik Masyarakat, Bunda Mandiri Group Rayakan HUT Henry dan RSHB

‘’Ini semua saya bangun, saya persembahkan untuk masyarakat. Ini milik masyarakat Kepri. Mari kita jaga, rawat RSHB yang digerakkan sekitar 400 orang (terdiri dari dokter, staf, perawat, satpam dan lainnya),’’ sebut Pembina Yayasan Harapan Bunda Batam, H Henry Minit, didampingi Ketua Yayasan Harapan Bunda Batam, Hj Gusnawati STr Keb MKM, di kawasan RSHB, Jalan Seraya nomor 1, Kecamatan Lubukbaja, Batam, Sabtu (20/1/2017).

BACA JUGA: RSHB Batam Milik Masyarakat

Henry muda merantau dari Sumatera Barat (Sumbar) ke Batam tahun 1973 itu. Berbagai pekerjaan dilakukan, seperti menjual minyak tanah dalam jerigen, bekerja di PT Pertamina, dan lainnya. Tahun 1980, dia kembali ke Padang. Usai melangsungkan pernikahan di Batusangkar, 7 Maret 1980, Henry membawa Gusnawati ke Batam hingga dikaruniai sepasang anak (satu lelaki, satu perempuan).

BACA JUGA: Selamat HUT ke-70 tahun, Datuk Henry Minit

Tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 1983, Henry membuka usaha Toko Obat Sumber Sehat di Nagoya (samping Bank Mandiri sekarang, Trust Bank). Jatuh bangun. Itu sudah tentu dilalui dalam satu usaha.

BACA JUGA: Bunda Mandiri Group Santuni 680 Warga Batam

Lelaki kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar) 17 Januari 1952 ini mengaku, membuka jual beli obat ini menjadi cikal bakal pendirian RSHB. Ketika itu, istrinya, Gusnawati masih bekerja sebagai bidan di Balai Pengobatan/ Rumah Bersalin (BP/RB) Badan Otorita Batam (BOB, kini Badan Pengusahaan (BP) Batam). Tahun 1984, usaha obat tersebut pindah ke kawasan Pelita.

BACA JUGA: Ns Didi Yunaspi MKep, Wakil Rektor IKMB Batam

Sedih karena Seorang Ibu Meninggal Jelang Persalinan

Usai menjual obat, tahun 1988 sampai 1990 lanjut Henry muda mengembangkan ‘’sayap’’ usahanya dengan mendirikan Balai Pengobatan/ Rumah Bersalin (BP/RB) di Seraya, Kecamatan Lubukbaja, Batam. Sudah hukum alam. Usaha tidak selalu manis. Ada coban. Ada tawa, tidak sedikit pula tangis mengalir.

BACA JUGA: Bunda Mandiri Group Kurban 20 Sapi

Perjalanan berusaha sekaligus mengabdi kepada masyarakat, petugas medis-nya ada menangani kasus kesehatan rumit dan berat. Untuk hal seperti ini, pasien dirujuk ke RS di Tanjungpinang. Ada satu peristiwa sedih dan sangat berkesan bagi Henry muda. Ketika itu seorang ibu mau melahirkan, dan dirujuk ke Tanjungpinang. Masih di dalam perjalanan di atas kapal, nyawa ibu tadi sudah diambill Allah SWT.

Suami si wanita berduka. Luka orang tua tidak bisa ditulis. Keluarga besar mengucurkan air mata. Itu yang nampak. Yang tidak nampal. Ada seorang lelaki yang bukan keluarga si wanita itu ikut meneteskan air mata. Siapa? Henry Minit. Ya Hendy sedih, berduka dan merasa bersalah. Kenapa dia tidak bisa menyelamatkan nyawa wanita tadi? Tapi Henry tidak punya kekuatan apa-apa. Semua itu kuasa dan kehendak-Nya Allah SWT.

Pascaperistiwa itu, Henry tidak ingin kasus tadi terulang. Jangan ada lagi tangis. Tak ada lagi perjalanan pengobatan lama dan jauh. Semua harus cepat dan dekat. Berbekal doa, dorongan, dan suport keluarga, kawan, pemerintah, Henry mulai mendirikan RSHB.

Rumah Sakit Harapan Bunda, di Kelurahan Seraya, Kecamatan Batuampar, Batam, Sabtu (20/1/2017). F Suprizal Tanjung

RSHB yang dibangun ketika itu jangan dibayangkan seperti sekarang. RSHB tersebut seperti kondisi puskesmas zaman dulu. RSHB hanya memiliki rumah kecil berlantaikan semen tanpa keramik, dan berdiding papan. Bangunan itu diformat menjadi tempat pelayanan kesehatan. RSHB zaman itu hanya diperkuat sekitar sepuluh perawat, 3-4 dokter umum seperti dr Made Tantra Wirakesuma (tahun 2002, menjadi Direktur RSHB), dan dr Subroto, 2-3 poliklinik, satu kamar operasi.

Sangat memprihatinkan. Kondisinya sangat menyedihkan. Henry betul-betul sedih, tapi tidak larut (dalam kesedihan). Peralatan kurang lengkap. Para medis tidak banyak.

‘’Kita belum bisa memberikan pelayanan lebih besar, sementara masayarakat membutuhkan pelayanan lebih maksimal dari RSHB. Doa, usaha, dan berbagai penambahan dan perbaikan terus kita lakukan hingga sekarang,’’ sebut Henry haru.

Lelaki berpenampilan sederhana dan rendah hati ini menyebutkan, doa, perjuangan keluarga besar Henry-Gusnawati, karyawan, dokter, satpam selama ini terbayar luas. Tepat 17 Januari 1993, RSHB mendapat izin beroperasi sebagai RS umum dari Departemen Kesehatan RI.

Izin operasional RSHB ini menjadi cambuk bagi keluarga besar RSHB, serta Yayasan Harapan Bunda Batam untuk memembenahi diri, mengevaluasi terus berbagai kekurangan, meningkatkan kemitraan dengan pemerintah. Tidak kalah pentingnya, kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) RSHB terus ditingkatkan. Doa dan semangat kerja adalah kata yang sering disebut Henry dalam membesarkan RSHB. Tidak terasa 25 tahun berlalu. RSHB telah berubah dari bangunan sederhana, yang ‘’dipaksakan’’ menjadi RS, berganti menjadi gedung megah, permanen, dan menjadi rujukan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dan Riau,.

Kini kata Henry, RSHB memiliki 10 dokter umum, 28 dokter spesialis, 170 perawat, 15 bidan, 50 staf (karyawan). Total, sekitar 400 orang bekerja di RS yang menjadi kebanggaan masyarakat Kepri ini. RSHB juga telah memiliki gedung utama setinggi enam. Ada ruang bedah (radiologi), ruang polikinik, apotik, laboratorium, radiologi (ruang ronsen) dan lainnya.

Semua orang bekerja sesuai dengan speksifikasi (keahlian) dan bidangnya. Sangat membanggakan, melegakan jika melihat segala fasilitas yang dimiliki RSHB saat ini. Tidak heran, upaya Kementerian Kesehatan, Pemerintah Pusat, Pemko Batam, Pemrov Kepri meningkatkan sektor pajak, penyerapan lapangan kerja, meningkatkan perekonomian masyarakat, menumbuhkembangkan sektor farmasi dan dunia kedokteran di Indonesia semakin terlihat dan terasa.

‘’Ini sejalan dengan salah satu misi RSHB menjadi mitra terdepan pemerintah dalam amenciptakan dan meningkatkan kesehatan, meningkatkan perekonomian, dan meningkatkan kemitraan antar lembaga,’’ papar Henry yang saat datang ke Batam dulu pernah menumpang di rumah orang sekampungnya.

Henry telah ikut mewarnai, menyumbangkan tenaga, pikiran, dan dana untuk pembangunan kesehatan, meningkatkan kesehatan masyarakat Kepri dan Riau. Henry adalah orang yang gigih, ulet, namun berjiwa sosial. Henry banyak membantu masyarakat dalam bidang ekonomi dan lainnya. Sebelum sukses seperti sekarang, Henry pernah menjual minyak tanah dalam jerigen, serta bekerja di PT Pertamina.

Ketua Yayasan Harapan Bunda Batam, Hj Gusnawati S. Tr. Keb, menambahkan, gedung tinggi di kawasan Seraya itu dirancang permanen. Dalam gedung, ada kolam ikan hias. Pada saat pasien menunggu namanya dipanggil untuk mendapatkan obat, mereka bisa duduk di kursi depan kasir. Tak ada ketegangan, dan suasana kaku. Di belakang kursi tadi ada kolam cantik berisikan puluhan ikan hias. Ada air mancur. Kolam dibuat sedemikian rupa seperti kolam di alam bebas. Tujuannya, agar pasien, keluarga pasien, atau masyarakat yang datang ke RSHB menjadi senang, nyaman seperti di rumah sendiri. Soal tempat parkir motor, dan mobil tidak usah khawatir. Ada satuan petugas keamanan (satpam) bekerja 24 jam mengawasi keamanan pasien serta kendaraannya.

Gusnawati yang juga Ketua IBI Cabang Batam itu menambahkan, untuk peningkatan pelayanan, RSHB telah bekerja sama dengan Johor Spesialist Hospital di Malaysia. Kerja sama tersebut, selain sebagai rujukan, juga sebagai transformers of knowledge (alih, transfer teknologi) di bidang kesehatan.

RSHB telah memiliki dokter spesialis kebidanan, spesialis bedah digestif dan bedah mulut, anak, dan penyakit dalam, syaraf dan paru, anastesi, kulit dan kelamin, serta radiology. Selain itu ada juga tenaga medis untuk bedah tulang, bedah syaraf, digetif (pencernaan, red), dan mulut.

Direktur Rumah Sakit Harapan Bunda (RSHB) Dr Made Tantra Wirakesuma MARS, menambahkan, kalau agak lama menunggu panggilan. Siapapun yang ada di RSHB itu bisa memesan minuman segar dalam kulkas, kopi susu, kopi, atau makanan lainnya. Foto kopi juga disediakan untuk membantu kesiapan berkas pasien/ keluarga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sangat membanggakan.

Made yang bergabung di RSHB pada tahun 1991 itu melanjutkan, Hendry adalah orang yang baik. Made pun masuk di RSHB karena ayahnya adalah kawan Henry.

”Bapak saya dulu bercerita bahwa dia mengatakan anaknya (Made, red) dokter dan belum bekerja. Ya sudah kata Pak Hendry, masuk saja Made kerja di RSHB ,” sebut Made mengulang cerita ayahnya.

Kembali ke ke RSHB kata Made, berbagai inovasi, peningkatan SDM, peralatan, dan sebagainya terus digesa. Perjuangan SDM RSHB selama ini telah membuahkan hasil.

Tahun 2005-2006, RSHB meraih Lulus Bersyarat dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) RI. Prestasi dan kepercayaan dari KARS ini kembali diraih RSHB untuk kedua kalinya. RSHB lulus dan mendapatkan Akreditasi Penuh untuk Tingkat Dasar dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) RI, (29/6/2012).

Sertifikat ditandatangai Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI dr Supriyantoro Sp P MARS, dan Ketua KARS DR dr Sutoto MKes di Jakarta, tertanggal Jumat (29/6/2012).

Made yang menjadi salah satu pelaku sejarah pembangunan RSHB sejak awal itu menyebutkan, mengacu kepada aturan UU nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, disebutkan lembaga kesehatan ini harus memiliki akreditasi. Selasa (24/1/2017), ditandatangani Ketua KARS RI, Dr dr Sutoto MKes, RSHB kembali mendapakkan akreditasi berlaku sampai Jumat (24/1/2020).

Dengan akreditasi ini, seluruh personel RSHB semakin tertantang dan termovitasi untuk meningkatkan dan memberikan pelayananan terbaik kepada masyarakat Kepri. Akreditasi ini menjadi bukti, bahwa berbagai jenis pelayanan, administrasi dan rekam medis RSHB selama ini tidak setengah-setengah. Personel kesehatan RSHB biasa bertindak cepat, tepat, dan terbaik. Tak heran, bila trust (kepercayaan, red) masyarakat Kepri terhadap RSHB semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya RHSB mendapatkan penghargaan. Lembaga formal/ informal, perusahaan, BPJS Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan pun bekerja sama dengan RSHB di bidang kesehatan.

Saat ini RSHB sedang mengembangkan berbagai sarana dan prasarana seperti hemodialisa (cuci darah), USG 4 dimensi, penambahan ruang operasi menjadi tiga ruangan,. Hal ini sesuai dengan visi yaitu menjadikan RSHB sebagai RS dengan standar pelayanan sesuai akreditasi Joint Comission International (JCI) tahun 2025. ***

1.000 Orang Ikut Jalan Sehat

USIA 25 tahun, adalah masa dimana seseorang sedang semangat-semangatnya. Giat, penuh inovasi, dan pantang mundur. Ini sejalan dengan tema HUT yaitu: 25 Tahun RSHB Mengabdi Tiada Henti, Sekali Melangkah Pantang Menyerah.

Begitu juga RSHB. Pada usia semakin dewasa ini, berbagai kegiatan positif dilakukan untuk memeriahkan, sekaligus bersyukur dan berdoa atas pencapaian berbagai prestasi selama ini.

Lebih dari 1.000 orang mengikuti Jalan Sehat di sekitar kawasan RSHB, Nagoya sekitarnya, Sabtu (20/1/2017) mulai pukul 06.30 WIB.

Ketua HUT ke-25 RSHB, dr Ibnu Rushd yang juga Casemix Manager RSHB menyebutkan, peserta Jalan Sehat berasal dari masyarakat sekitar, keluarga besar RSHB, keluarga STIKEs Mitra Bunda Persada (yang dibina dan didirikan Yayasan Harapan Bunda Batam).

Hadir saat itu, Pembina Yayasan Harapan Bunda Batam, H Henry Minit, Ketua Yayasan Harapan Bunda Batam, Hj Gusnawati S. Tr. Keb, Direktur Rumah Sakit Harapan Bunda (RSHB) Dr Made Tantra Wirakesuma MARS,

Juga hadir Ketua STIKes Mitra Bunda Persada Batam dr H Mawardi Badar MM, Pembantu Ketua (Puket) I STIKes Mitra Bunda Persada Batam, Nelli Roza S.Kp M.Kes, Puket II STIKes Mitra Bunda Persada Batam, Roza Erda , SKM, MM, Puket III Bidang Kemahasiswaan STIKes Mitra Bunda Persada Batam, Ns. Didi Yunaspi M.Kep; Dr Arie Voni Kartika MKM dan lainnya.

Bapak dua anak ini menyebutkan, acara tahunan RSHB ini terlihat sangat meriah. Ini terbukti. Mereka sejak pagi sudah datang membawa anak, suami, istri, dan keluarganya. Kegiatan ini, di samping event menyehatkan badan. Juga menjadi momen untuk merekatkan kembali silaturahmi yang telah ada.

Ibnu yang juga beristrikan dokter itu melanjutkan, mereka menyiapkan 25 doorprize (kupon berhadiah). Tiga dari 25 hadir tadi berupa televisi (TV) ukuran 32 inchi, serta 22 hadiah hiburan menarik lainnya.

Sebelumnya, lanjut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) tahun 2006 ini, Jumat (19/1/2018) didakan upaca dengan inspektur Henry Minit. Sekaligus dilepas 25 balon sebagai simbol usia RSHB saat ini.

Henry Minit dalam amanatnya meminta keluarga besar RSHB untuk tetap bersyukur, memperkuat kerjasama, terus meningkatkan ilmu pengetahuan. Semua ini perlu dilakukan untuk menjadi terbaik dan bisa maksimal memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Wakil Ketua Panitia HUT ke-25 RSHB, Hardizon menambahkan, dalam kesempatan itu, RSHB juga memberikan penghargaan kepada 15 karyawan yang telah mengabdi selama 20 tahun dan 25 tahun.

Hardizon yang bergabung dengan RHSB sejak 1 November 1994 itu menambahkan, guna memeriahkan acara, panitia juga telah menyipkan berbagai perlombaan seperti tari, dance, menyanyi, drama, serta komedi. (*)

Reporter: Suprizal Tanjung

spot_img

Baca Juga

Update