Selasa, 1 Oktober 2024

Tongkang Hanyut, Kelong dan Terumbu Karang Hancur, Nelayan Pulau Lintang Menjerit

Berita Terkait

spot_img

batampos- Kelong dan terumbu karang di perairan pulau Cicir, kelurahan Bulang Lintang rusak akibat dihantam tongkang dan tugboat yang hanyut pada awal Januari lalu. Imbasnya nelayan yang selama ini bergantung hidup dengan usaha Kelong di lokasi kejadian sudah tak memiliki penghasilan lagi. Ikan yang biasanya dipanen setiap hari sudah menghilang.

“Masalah utamanya di kerusakan terumbu karang. Ikan ada kalau terumbu karangnya bagus. Tongkang dan Tugbaot itu hanyut saat melintas dari Nongsa mau ke Tanjunguncang, seret semua terumbu karang di lokasi Kelong saya” ujar Amran, nelayan pulau Lintang RT03/RW 01, kelurahan Bulang Lintang, Kecamatan Bulang, Senin (28/3).



terumbu karangHanyutnya tongkang tanpa muatan dan tugboat tersebut terjadi pada awal Januari lalu saat cuaca perairan di Batam cukup buruk. Saat itu Amran dan nelayan yang berdampak meminta pertanggungjawaban dari pihak kapal, namun Remon, perwakilan perusahaan dari dua kapal tersebut yang berurusan dengan nelayan tidak bisa berbuat banyak. Tuntutan ganti rugi Kelong yang rusak ataupun terumbu karang yang hancur belum juga disanggupi hingga saat ini. Amran dan saudara-saudaranya sudah berusaha melaporkan ke agen pelayaran kapal dan kiha KSOP namun belum ada tindakan yang berarti.

BACA JUGA: bright PLN Batam Resmikan Gudang Penampungan dan Pengelolaan Rumput Laut

Amran cukup kecewa sebab belakangan diketahui kapal tongkang dan tugboat tersebut sudah berlayar lagi tanpa terlebih dahulu menyelesaikan masalah yang ditinggalkan. “Padahal dampaknya sangat merugikan kami sebagai nelayan. Kelong rusak, terumbu karang hancur. Taulah kalau Kelong ini sistemnya menjerat ikan, nah kalau terumbu karang sudah hancur macam mana ikan mau datang,” ujar Amran.

Dikatakan Amran, kelongnya yang rusak ada dua unit. Semenjak kejadian itu dia tak punya penghasilan tetap lagi. Padahal dari usaha kelongnya itu sehari dia bisa dapatkan Rp 200 hingga Rp 300 ribu. “Sudah tiga bulan ini sama sekali tak ada. Gimana kami tak menjerit pak. Itu Kelong ada izin usahanya dan saya bisa dapat Rp 200 samai Rp 300 ribu perhari. Sekarang apa, satu ekor ikanpun tak nongol,” ujarnya.

Amran dan nelayan setempat berharap ini akan ditindaklanjuti instansi penegak hukum agar mereka tak lagi menderita.

“Pemerintah juga sedang gencar-gencarnya menjaga ekosistem laut dengan berbagai program. Semoga ini ditindak lanjuti supaya ekosistem laut tetap terjaga. Kasian pak kami nelayan kecil ini. Sudah sudah dibuat tambah susah lagi,” harapnya. (*)

Reporter: Eusebius Sara

spot_img

Update