batampos – Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Batam pada Agustus 2024 tercatat sebesar 7,68 persen, mengalami penurunan dari tahun lalu yang sebesar 8,14 persen. Penurunan 0,46 persen ini menjadi sinyal positif meskipun TPT Kota Batam masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata TPT Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang sebesar 6,39 persen dan TPT Indonesia secara nasional sebesar 4,91 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam, Eko Aprianto, menjelaskan bahwa penurunan angka pengangguran tersebut terutama dipengaruhi oleh distribusi pertumbuhan ekonomi yang makin membaik dan juga peningkatan kinerja sektor industri pengolahan dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang semakin berkembang.
“Salah satu faktor yang turut mendukung itu. Terutama di sektor industri pengolahan dan UMKM, berhasil menyerap tenaga kerja lebih banyak,” ujar Eko, Senin (11/11).
Data dari BPS menunjukkan bahwa TPT Kota Batam mengalami penurunan konsisten dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2022, TPT Kota Batam masih mencapai 9,56 persen, kemudian turun menjadi 8,14 persen pada Agustus 2023, dan pada tahun ini kembali turun menjadi 7,68 persen.
Eko menyebut tren penurunan ini menandakan pemulihan ekonomi yang makin stabil pasca-pandemi, di mana sektor industri dan UMKM mulai menggeliat dan membutuhkan banyak tenaga kerja baru.
Namun, meski terjadi penurunan, Kota Batam masih menghadapi tantangan karena angka pengangguran ini tetap merupakan yang tertinggi di Kepulauan Riau. Tingginya angka pengangguran menunjukkan bahwa tidak semua angkatan kerja yang tersedia di pasar tenaga kerja bisa terserap secara optimal.
Eko menjelaskan, TPT tinggi menunjukkan bahwa ada banyak angkatan kerja yang belum terserap oleh pasar tenaga kerja. Misalnya, TPT sebesar 6 persen berarti dari 100 penduduk usia kerja, ada enam orang yang menganggur. “Angka ini menggambarkan masih ada ruang yang perlu dioptimalkan untuk menyerap angkatan kerja yang tersedia,” kata Eko.
Dia menambahkan bahwa TPT yang tinggi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja dan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia. Saat ini, pihaknya tengah mempersiapkan data lebih rinci terkait Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan angka penduduk usia kerja yang nantinya akan memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi ketenagakerjaan di Batam.
“Nanti jika data lebih rinci sudah ada, akan kami sampaikan,” tutupnya.
Sementara itu, BPS Provinsi Kepulauan Riau melaporkan bahwa tingkat pengangguran di provinsi ini pada Agustus 2024 sebesar 6,39 persen, turun 0,41 persen dari 6,80 persen pada Agustus 2023. Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati, menyebutkan bahwa berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2024, pengangguran di Kepri mengalami tren penurunan.
“Pada Agustus 2024, TPT Kepri mengalami penurunan sebesar 0,41 persen dibandingkan Agustus 2023,” ujar Margaretha.
Ia juga menguraikan, dari 100 angkatan kerja di Kepri, sekitar enam hingga tujuh orang tidak memiliki pekerjaan atau belum terserap oleh pasar tenaga kerja. Berdasarkan pendidikan, TPT tertinggi di provinsi ini terdapat pada tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan angka 7,08 persen, sedangkan TPT terendah ditemukan pada tamatan perguruan tinggi (Diploma IV hingga S3) yang hanya sebesar 4,36 persen.
“Tingkat pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tingginya angka pengangguran di Kepri,” tambahnya.
Di antara tujuh kabupaten/kota di Kepulauan Riau, Kota Batam memiliki angka pengangguran tertinggi, yakni 7,68 persen. Posisi ini diikuti oleh Kabupaten Karimun dengan TPT 5,52 persen, kemudian Tanjungpinang sebesar 4,69 persen, dan Kabupaten Bintan dengan TPT 4,53 persen. Sementara itu, kabupaten dengan TPT terendah adalah Kabupaten Anambas yang hanya mencapai 2,38 persen. (*)
Reporter: Rengga Yuliandra