Kamis, 3 Oktober 2024

Tren Penderita Penyakit Jantung di Usia Muda Semakin Meningkat di Batam

Berita Terkait

spot_img
IMG 20241003 WA0063
dr. Priyandini Wulandari, SpJP, FIHA.

batampos – Penyakit jantung koroner (PJK) kini semakin banyak ditemukan pada usia muda. Hal ini disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Cabang Batam, dr. Priyandini Wulandari, SpJP, FIHA. Menurutnya, tren ini sangat mengkhawatirkan, mengingat penyakit jantung selama ini identik dengan usia lanjut.

“Penyakit jantung itu banyak jenisnya, bukan hanya penyakit jantung koroner yang sering kita dengar. Ada juga penyakit jantung katup, aritmia atau gangguan irama jantung, penyakit jantung bawaan, hingga penyakit jantung akibat hipertensi,” ujar dr. Priyandini, Kamis (3/10).



Namun begitu, ia menegaskan bahwa jantung koroner tetap menjadi penyebab utama kematian terkait jantung, terutama pada usia 45 tahun ke atas. “Yang mengejutkan, sekarang tren penyakit ini semakin bergeser ke usia yang lebih muda, bahkan usia 20-an tahun,” jelasnya.

Baca Juga: Penyakit Jantung Penyebab Kematian Tertinggi di Batam

Menurut dr. Priyandini, gaya hidup dan pola makan tidak sehat menjadi faktor utama di balik peningkatan kasus ini pada usia muda. Banyak anak muda sekarang yang sudah mengonsumsi makanan tidak sehat sejak kecil, seperti makanan tinggi gula, lemak, dan bahan pengawet.

“Ini memicu penumpukan plak di pembuluh darah sejak dini, yang kemudian menyebabkan penyumbatan pada arteri koroner,” terangnya.

Selain itu, faktor lain seperti merokok, stres, polusi udara, darah tinggi, dan diabetes turut memperparah kondisi ini. Faktor genetik juga bisa menjadi penyebab, terutama jika ada anggota keluarga kandung yang pernah terkena penyakit jantung koroner.

Dr. Priyandini juga mengungkapkan bahwa Batam telah memiliki fasilitas medis yang memadai untuk menangani berbagai penyakit jantung.

“Di Batam, pemasangan ring jantung, operasi bypass, ablasi untuk aritmia, penanganan penyakit jantung bawaan serta pemasangan alat pacu jantung sudah bisa dilakukan. Rumah sakit seperti Rumah Badan Pengusahaan (RSBP) Batam, Rumah Sakit Awal Bros, dan RSUD Embung Fatimah Batam sudah memiliki layanan tersebut,” jelasnya.

Namun, untuk operasi bypass, fasilitas saat ini baru tersedia di RSBP Batam dan RS Awal Bros. Meskipun kemajuan dalam penanganan penyakit jantung sudah signifikan, dr. Priyandini menekankan pentingnya pencegahan.

“Kita jangan hanya fokus pada bagaimana mengobatinya, tapi yang paling penting adalah mencegahnya. Pola hidup sehat harus diterapkan, seperti mengurangi konsumsi garam, rajin berolahraga, dan menjaga pola makan. Dengan demikian, kita bisa menurunkan risiko penyakit jantung koroner,” tegasnya.

Angka penderita penyakit jantung di Batam memang terus meningkat, terutama pada kalangan usia muda. Peningkatan tekanan darah tinggi akibat obesitas menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi tren ini.

“Dibandingkan tahun lalu, jumlah penderita penyakit jantung muda semakin banyak. Ini menjadi alarm bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan jantung,” tutup dr. Priyandini.

Sebelumnya, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Batam, hingga Juli 2024, tercatat sebanyak 138 kasus penyakit jantung. Dari jumlah tersebut, sebanyak 89 pasien dinyatakan meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi, mengatakan bahwa penyakit jantung menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Batam. “Angka ini sangat mengkhawatirkan. Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyebab utama kematian di Batam. Kami sedang berupaya keras untuk menekan angka ini melalui berbagai program preventif,” ujarnya, Rabu (2/10).

Didi menambahkan bahwa gaya hidup yang kurang sehat, seperti kebiasaan merokok, konsumsi makanan tinggi lemak, kurangnya aktivitas fisik, dan stres, menjadi faktor utama penyebab meningkatnya kasus penyakit jantung di kota Batam

“Gaya hidup masyarakat yang cenderung kurang memperhatikan kesehatan memicu peningkatan kasus penyakit ini. Kami mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap pola makan dan aktivitas fisik,” tegas Didi. (*)

Reporter: Rengga Yuliandra

spot_img

Update