batampos – Pertumbuhan ekonomi Kepri di triwulan pertama membukukan catatan positif sebesar 5,01 persen (years on years). Dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,45 persen (years on years).
Pertumbuhan ekonomi Kepri ini tertinggi kedua di wilayah Sumatera, serta lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan wilayah Sumatera yang sebesar 4,24% (yoy). Di triwulan pertama 2024 ini, perekonomian Kepri ditopang oleh pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), konsumsi rumah tangga, serta net ekspor seiring masih kuatnya ekspansi usaha sektor industri dan meningkatnya mobilitas masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan LU (Lapangan Usaha) industri pengolahan, konstruksi dan perdagangan. Sementara, pertumbuhan lebih tinggi tertahan oleh pertambangan dan penggalian yang melambat.
Pertumbuhan LU industri pengolahan mengalami perbaikan sejalan dengan permintaan global terhadap produk elektronik. Pertumbuhan LU konstruksi yang tetap tinggi disebabkan oleh masih berlanjutnya pembangunan infrastruktur yang masif di akhir tahun.
“Pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi rendah dan terkendali. Bahkan TPID Kepri terbaik se-Indonesia serta Batam dan Karimun nomor 2 terbaik,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, Suryono, Selasa (25/6).
Ia mengatakan, Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kepri pada triwulan I 2024 menunjukkan terjadinya inflasi sebesar 3,37% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,76% (yoy).
Tekanan inflasi terutama berasal dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, serta Kelompok Transportasi. Dengan demikian, inflasi pada triwulan I 2024 masih dalam sasaran target kisaran sasaran inflasi tahun 2024 yang ditetapkan pemerintah sebesar 2,5±1% (yoy).
​Intermediasi perbankan pada triwulan I 2024 tetap terjaga dan tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut tercermin dari kenaikan pertumbuhan penyaluran kredit berdasarkan lokasi bank dan Dana Pihak Ketiga (DPK), serta tetap disertai dengan terjaganya kualitas kredit.
“Enak di Batam atau Kepri ini. Pertumbuhan tinggi, inflasi terjaga,” ucap Suryono.
Risiko kredit pada segmen segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) maupun segmen kredit sektor rumah tangga juga masih terjaga.
Sementara itu, aktivitas transaksi pembayaran tunai menggunakan Rupiah dan transaksi Uang Kertas Asing di Provinsi Kepri mengalami peningkatan pada triwulan I 2024. Transaksi pembayaran nontunai turut mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya penerimaan dan kecenderungan masyarakat terhadap instrumen pembayaran digital khususnya Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Aktivitas transaksi pembayaran tunai pada triwulan I 2024 mencatatkan net outflow sebesar Rp961 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2023 yang tercatat net outflow sebesar Rp3,12 triliun.
Di samping itu, aktivitas pembayaran nontunai secara tahunan meningkat. Hal ini tercermin dari peningkatan transaksi QRIS dan Uang Elektronik (UE) yang didukung oleh meningkatnya preferensi dan penerimaan masyarakat terhadap penggunaan transaksi nontunai.
Tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepri menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dari peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) seiring dengan tren pemulihan ekonomi yang terus berlanjut. Selain itu, kesejahteraan petani mengalami peningkatan sebagaimana tergambar dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang mengalami kenaikan seiring terjadinya kenaikan indeks yang diterima petani. (*)