Jumat, 31 Januari 2025

Tumpukan Sampah di Kawasan Nagoya Bisnis Menyengat, Pedagang dan Pengendara Cium Bau Busuk

Berita Terkait

spot_img
Tumpukan sampah yang belum terangkut terlihat menumpuk di bahu jalan Laksamana Bintan Batamcenter, Jumat (31/1). – Tumpukan sampah juga dibiarkan menumpuk di kawasan bisnis Nagoya. F Cedcep Mulyana/Batam Pos

batampos – Tumpukan sampah yang dibiarkan menumpuk di kawasan bisnis Nagoya, Batam, kini menjadi keluhan utama pedagang dan pengendara. Bau menyengat yang muncul akibat sampah yang tidak diangkut sejak sebelum perayaan Imlek semakin mengganggu aktivitas masyarakat.

Pedagang di sekitar lokasi mengaku harus mencium aroma tidak sedap dari sampah yang menggunung. Nikson, seorang pedagang mengungkapkan bahwa kondisinya semakin parah dalam beberapa hari terakhir.


“Sampahnya luarbiasa, sudah menumpuk dan mulai membusuk, dikerubungi lalat. Pembeli banyak yang enggan mampir karena bau menyengat. Kalau dibiarkan begini terus, bisa-bisa dagangan kami jadi sepi,” keluhnya.

Tak hanya pedagang, pengguna jalan juga terganggu akibat sampah yang meluber ke badan jalan. Beberapa titik di kawasan Nagoya kini dipenuhi tumpukan plastik, sisa makanan, dan limbah lainnya yang tidak segera dibersihkan.

Rio, seorang pengendara yang kerap melintas di wilayah tersebut, mengungkapkan kekhawatirannya.

Apalagi Nagoya merupakan kawasan bisnis yang banyak dikunjungi wisatawan asing.

“Nagoya ini kawasan bisnis dan banyak wisatawan yang datang ke Batam. Kalau mereka melihat kondisi seperti ini, pasti citra kota ini jadi buruk,” ujarnya.

Menurut dia, permasalahan sampah di Batam bukan kali ini saja terjadi. Beberapa wilayah sebelumnya juga menghadapi kondisi serupa akibat kurangnya pengelolaan limbah yang optimal.

“Jadi saya lihat tak hanya di Nagoya, itu banyak sampah pinggir jalan juga berserak,” imbuhnya.

Di Jalan Duyung, Jodoh, sampah pernah meluber hingga ke jalan raya pada 24 Januari 2025, menimbulkan keluhan dari warga setempat. Bahkan, pada awal tahun, Pemerintah Kota Batam harus mengangkut 20 ton limbah dari sembilan kecamatan sebagai upaya penanggulangan darurat.

Tumpukan sampah juga gerlhbat di ruko-ruko kawasan Bakal. Sampah yang ada di tong-tong mulai meluber.

“Sebenarnya tempat usaha sangat jelek kalau ada sampah. Cuma mau gimana lagi, kami menunggu pengangkutan juga,” tegas Rini salah satu karyawan ruko tersebut.

Kurangnya Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) menjadi salah satu faktor utama penumpukan sampah di kawasan bisnis ini. Banyak warga dan pedagang yang akhirnya membuang sampah di tempat terbuka karena tidak ada fasilitas yang memadai.

Selain itu, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan juga masih menjadi tantangan. Tanpa ada tindakan cepat, kondisi ini dikhawatirkan akan semakin memburuk dan berdampak pada kesehatan masyarakat serta citra kota Batam sebagai destinasi wisata dan pusat perdagangan.

Pemerintah Kota Batam diharapkan segera bertindak dengan menambah titik TPS, meningkatkan frekuensi pengangkutan sampah, serta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Jika tidak, permasalahan ini bisa terus berulang dan semakin sulit diatasi. (*)

Reporter: Yashinta

spot_img

Update