batampos – Ribuan penumpang memadati Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre, Minggu (29/12), menjelang libur pergantian tahun. Hingga pukul 18.00 WIB, tercatat lebih dari 6.000 penumpang meninggalkan Batam menuju jiran (tetangga), Singapura dan Malaysia.
Pantauan di lapangan, Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre terlihat ramai. Ribuan penumpang di ruang tunggu menanti giliran kapal yang hendak berangkat.
Lina, salah satu penumpang, mengaku sengaja berangkat lebih awal untuk menghindari lonjakan pada hari-hari mendekati pergantian tahun. “Kami memang sengaja berangkat hari ini karena tahu tanggal 31 Desember pasti lebih ramai. Liburan ini sudah kami rencanakan sejak lama,” ujarnya.
Senada dengan Fitri. Ia dan rombongan keluarganya sudah beberapa hari lalu berangkat ke Malaysia untuk mengisi liburan akhir tahun. ”Sekalian silaturahmi dengan keluarga di KL (Kuala Lumpur),” katanya, kemarin.
Ia tak menampik bahwa bujet ke Malaysia tidak memberatkan apalagi ia sudah jauh hari mempersiapkannya. ”Memang asyik liburan ke KL. Masuknya gak ribet, dan des-tinasi wisatanya oke punya,” tambahnya.
Sementara itu, Syahbandar Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre, Erik Mario Sihotang, mengatakan, hingga pukul 18.00 WIB, tercatat lebih dari 6.000 orang meninggalkan Batam, baik warga negara asing maupun Indonesia. Jumlah 6.000 penumpang itu terdiri atas 5.074 penumpang tujuan Singapura dan 927 penumpang tujuan Malaysia.
“Jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah hingga jadwal pelayaran terakhir pukul 22.30 WIB,” kata Erik, Minggu (29/12).
Sementara itu, jumlah penumpang yang tiba di Batam jauh lebih sedikit, hanya sekitar 3.000 orang atau setengah dari jumlah kebe-rangkatan. Kondisi ini menunjukkan tren peningkatan arus keluar menjelang liburan akhir tahun.
“Untuk yang datang memang lebih sedikit,” imbuhnya.
Menurut Erik, lonjakan penumpang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 30 dan 31 Desember 2024. “Terutama pada tanggal 31 Desember, itu diprediksi akan menjadi hari tersibuk dengan penumpang meninggalkan Batam,” tambahnya.
Ia menjelaskan bahwa antrean penumpang sudah mulai terlihat di ruang tunggu keberangkatan. Ia menyebutkan, meskipun pelabuhan cukup sibuk, belum ada kendala berarti selain waktu tunggu yang sedikit lebih lama.
“Antrean penumpang di ruang tunggu lebih lama karena kapal harus bergiliran bersandar akibat ponton yang hanya dua. Itu saja kendalanya,” ujar Erik.
Ketua Aspabri Kepri, Surya Wijaya, tak menampik bahwa banyak warga Indonesia memilih libur ke luar negeri karena lebih lengkap dan murah. “Ya, memang banyak yang berlibur ke luar negeri karena lebih praktis dan murah,” katanya.
Menurut dia, aturan di Indonesia terlalu banyak, sementara Dinas Pariwisata sendiri tak bisa mengubah aturan tersebut.
“Tiket di Indonesia antarpulau saja mahal, lalu untuk ke Indonesia ada biaya visa on arrival (VoA) yang belum 100 persen gratis. Itu cukup memberatkan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, khususnya Kepri,” keluhnya. (*)