Minggu, 19 Januari 2025

Warga Tiban Koperasi Harapkan Langkah Cepat Penanganan Pascabencana Longsor

Berita Terkait

spot_img
Kondisi perumahan Tiban Koperasi Blok S pasca diterjang tanah longsor Senin (13/1) dini hari. Foto Rengga

batampos – Trauma akibat bencana tanah longsor yang melanda kawasan Tiban Koperasi masih dirasakan hingga kini. Peristiwa tragis yang terjadi beberapa waktu lalu itu menewaskan empat orang warga setelah tertimbun material longsor. Hingga saat ini, sebagian besar warga terdampak masih enggan kembali ke rumah karena khawatir akan potensi longsor susulan, terutama dengan intensitas hujan yang masih tinggi.

Desi, salah seorang warga terdampak, mengaku hingga kini masih mengungsi di rumah saudaranya. Ia mengatakan trauma yang dirasakannya semakin kuat saat hujan turun, sehingga membuat dirinya tak berani tinggal di rumah meskipun hanya di siang hari.
“Awalnya siang saya masih berani pulang sebentar ke rumah untuk lihat-lihat, tapi sekarang karena hujan terus, siang pun nggak berani lagi. Takut kejadian lagi,” ujarnya, Minggu (19/1).
Hingga kini, sebanyak 19 kepala keluarga (KK) warga yang terdampak longsor masih mengungsi. Sebagian di antara mereka memilih tinggal di rumah kerabat, rumah Ketua RT, atau bahkan mencari kontrakan sementara. Pemerintah juga telah melarang warga yang tinggal di Blok S untuk kembali ke rumah mereka sampai dilakukan upaya mitigasi, seperti pemasangan pembatas berupa batu miring di area rawan longsor.
“Dari pemerintah, katanya warga di Blok S memang harus mengosongkan rumah dulu. Katanya mau dipasang batu miring atau pembatas di belakang bukit supaya lebih aman,” kata Desi.
Cerita serupa juga disampaikan oleh Ida, warga lainnya yang terdampak. Ia mengaku sejak kejadian tersebut tidak lagi merasa aman tinggal di rumah, terlebih dengan kondisi cuaca yang tidak menentu.
“Biasanya siang saya masih nengok rumah, tapi sekarang siang pun nggak berani lagi karena hujan terus. Kalau malam apalagi, makin takut,” ujarnya.
Meskipun bantuan logistik mulai mengalir dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan relawan, warga berharap ada langkah cepat dan nyata untuk memastikan keamanan lingkungan mereka.
“Sebenarnya bantuan sudah banyak datang, tapi kami hanya ingin tempat tinggal kami bisa kembali aman. Kalau situasi terus begini, kapan kami bisa pulang?” ungkap Ida.
Pemerintah Kota Batam melalui dinas terkait telah menyatakan akan segera menangani lokasi bencana. Salah satu upaya yang direncanakan adalah pemasangan pembatas dan penanganan struktur tanah di sekitar bukit yang rawan longsor. Namun, warga berharap langkah-langkah tersebut dapat direalisasikan sesegera mungkin.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kepri, Muhammad Hasbi, menjelaskan bahwa proses penyaluran bantuan untuk korban bencana di Batam tengah berjalan. Bantuan seperti selimut dan sembako dikelola oleh Dinas Sosial, sementara BPBD Kepri bertanggung jawab terhadap bantuan sosial tidak terencana yang difokuskan pada rehabilitasi bangunan pascabencana.
“Bantuan sosial tidak terencana ini berupa dukungan untuk memperbaiki bangunan yang terdampak. Namun, sebelum disalurkan, harus melalui proses pendataan dan verifikasi terlebih dahulu,” ujar Hasbi.
Tim Jitu Pasna (Tim Kajian Cepat Pasca Bencana) akan turun langsung ke lapangan untuk melakukan penilaian dan menyusun berita acara terkait kerusakan. Berdasarkan data tersebut, bantuan akan diberikan sesuai kategori kerusakan.
“Untuk korban meninggal akan mendapatkan Rp15 juta. Sementara, bantuan untuk kerusakan rumah dibagi menjadi kategori ringan, sedang, dan berat,” paparnya.
Hasbi menyebutkan, di Batam terdapat 24 rumah yang terdampak bencana, tersebar di wilayah seperti Galang, Belakang Padang, Batu Besar, dan Tiban. Selain rumah, beberapa infrastruktur dan kedai masyarakat juga mengalami kerusakan. (*)
Reporter: Rengga Yuliandra
spot_img

Update