Rabu, 13 November 2024

Waspada Virus Nipah, Didi Imbau Warga Tak Makan Buah Bekas Gigitan Kelelawar

Berita Terkait

spot_img
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam Didi Kusmarjadi

batampos – Kasus infeksi akibat virus Nipah yang terjadi di India, hingga kini belum ditemukan di Batam. Meski demikian, pemerintah tetap mewaspadai virus ini mengingat kunjungan wisatawan asal India yang datang ke Kota Batam cukup tinggi.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Batam, wisman kebangsaan India menjadi terbanyak ketiga setelah Singapura dan Malaysia. Tercatat sepanjang Agustus 2023 ini, sebanyak 3.565 orang warga India berkunjung ke Kota Batam.

“Sudah ada edarannya mengenai kewaspadaan di setiap daerah terhadap penyakit virus Nipah,” ujar Didi, Senin (9/10).

Dikatakan Didi, meskipun dari laporan petugas surveilans belum ada ditemukan kasus virus Nipah di Batam. Namun pengawasan akan terus diperketat, khususnya di pintu masuk di Batam.

Baca Juga: Disdik Kepri Kecewa Warga Tolak Pembangunan SLB II di Batuaji

Salah satunya dengan meningkatkan pengawasan terhadap orang, alat angkut, barang bawaan, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.

“Di Malaysia memang sudah ditemukan (virus Nipah), sebagai daerah perbatasan dengan negara tetangga, tentu pengawasan virus ini terus akan kita perketat,” ungkap Didi.

Dijelaskan, virus Nipah merupakan penyakit emerging zoonotik yang disebabkan oleh virus Nipah yang termasuk ke dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae. Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan, baik hewan liar atau domestik, dengan kelelawar buah yang termasuk ke dalam famili Pteropodidae sebagai host alamiahnya.

“Penularannya ke manusia melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan terinfeksi atau melalui makanan terkontaminasi oleh virus,” jelasnya.

Untuk itu ia menghimbau masyarakat untuk tidak mengonsumsi daging mentah dari hewan yang terinfeksi atau produk makanan mentah yang telah terkontaminasi cairan tubuh dari hewan terinfeksi. Diantaranya nira sawit ataupun buah-buahan yang terkontaminasi kelelawar buah yang terinfeksi juga bisa menyebabkan tertular virus Nipah ini.

“Paling penting tidak mengkonsumsi buah-buahan yang sudah dimakan kalong atau kelelawar. Sebab virus ini paling banyak melalui kalong,” tambahnya.

Baca Juga: Ini Capaian Pendapatan Batam dari Parkir dalam 5 Tahun Terakhir

Seseorang yang terinfeksi virus Nipah akan mengalami gejala yang berbeda. Dari tanpa gejala (asimptomatis), infeksi saluran napas akut (ISPA) hingga ensefalitis fatal. Seseorang yang terinfeksi awalnya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah, dan nyeri tenggorokan.

Gejala ini dapat diikuti dengan pusing, mudah mengantuk, penurunan kesadaran dan tanda-tanda neurologislain yang menunjukkan ensefalitis akut. Beberapa orang pun dapat mengalami pneumonia atipikal dan gangguan saluran pernapasan berat.

“Pada kasus yang berat, ensefalitis dan kejangakan muncul dan dapat berlanjut menjadi koma dalam 24-48 jam hingga kematian. Tingkat kematian diperkirakan berkisar antara 40-75 persen,” ungkap Didi.

Didi menyebutkan sampai saat ini belum tersedia vaksin untuk mencegah terpapar penyakit virus Nipah. Untuk mencegah terpapar penyakit virus Nipah utamanya melalui pengendalian faktor risiko yang dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan makanan atau buah yang dikonsumsi. Mencuci dan mengupas buah secara menyuluruh, buang buah yang ada tanda gigitan kelelawar hindari kontak dengan hewan ternak (babi dan kuda) yang kemungkinan terinfeksi virus Nipah.

“Hewan yang terinfeksi virus Nipah tidak boleh dikonsumsi dan konsumsi daging ternak secara matang,” himbaunya. (*)

 

 

Reporter: Rengga Yuliandra

spot_img

Update