Senin, 25 November 2024

Perekonomian Kepri Tahun 2022 Tumbuh 5,09 Persen, Tertinggi di Batam

Berita Terkait

spot_img
Ilustrasi. Foto: Pixabay.com

batampos – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sepanjang tahun 2022 tumbuh sebesar 5,09 persen jika dibandingkan tahun 2021 sebesar 3,43 persen.

Kepala BPS Kepri, Darwis Sitorus, mengatakan, pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 ini adalah berkat hasil dari kerja keras semua pihak dan stakeholder terkait.


Bahkan, pertumbuhan ekonomi Kepri yang tembus diangka 5,09 persen ini menjadi yang paling tertinggi sepanjang lima tahun terakhir.

“Terkait kinerja ekonomi kepri yang 5.09 persen itu tentunya hasil kinerja bersama antara pemerintah, industri, swasta serta masyarakat, ” ujarnya, Kamis (2/3/2023).

Baca Juga: Direktorat Perkapalan dan Kepelautan Kemenhub dan KSOP Batam Cek Kapal Penumpang 

Menurut Darwis, pertumbuhan ekonomi Kepri ini menandakan kinerja ekonomi di Kepri juga mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Pemulihan ekonomi ini juga terjadi di seluruh kota dan kabupaten di Kepri. Ini juga tidak lepas dari semakin membaiknya penanganan pandemi COVID-19 sehingga berdampak positif terhadap geliat dunia usaha Provinsi Kepri.

“Kebijakan pemerintah baik di tingkat provinsi maupun dengan kerjasama antar daerah kabupaten dan kota juga tentu saja menjadi dukungan dalam kinerja ekonomi regional, ” tuturnya.

Darwin menjelaskan, andil pertumbuhan ekonomi Kepri terbesar tahun 2022 disumbangkan oleh kategori jasa lainnya yang berkontribusi sebesar 69,97 persen.

Diikuti penyediaan akomodasi makan dan minum 49,71 persen, transportasi dan pergudangan 38,37 persen serta pengadaan listik dan gas sebesar 16,38 persen.

Baca Juga: Sudah Ditimbun, Jalan Trans Barelang Galang Sudah Bisa Dilalui Kendaraan Roda Empat

Selanjutnya jasa perusahaan 10,65 persen, lalu pemgadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 8,82 persen, informasi dan komunikasi sebesar 8,66 persen serta kontruksi 5,45 persen.

Dari semua kategori ini hanya pertambangan dan penggalian yang minus 7 persen serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang juga minus 0,02 persen.

“Kinerja ekonomi Kepri yang 5.09 persen menunjukkan adanya pemulihan ekonomi di semua kabupaten/kota. Untuk kategori pertambangan dan penggalian ini terjadi karena adanya penurunan signifikan pada produksi pertambangan di Natuna dan Anambas, ” terang Darwis.

Selain itu ia menambahkan, Natuna dan Anambas mengalami perlambatan pertumbuhan dikarenakan penurunan signifikan di produksi pertambangan migas yang ada di dua wilayah ini.

Baca Juga: Karyawan PT Ghim Li Mogok Kerja, Ini Penjelasan Disnaker dan Karyawan

Sedangkan tanpa migas ini, pertumbuhan ekonomi kedua daerah ini juga menunjukkan kinerja ekonomi yang meningkat.

“Seperti Natuna dan Anambas, distribusi pertambangan merupakan sektor terbesar dalam PDRB yaitu 72,44 persen dan 83,64 persen dengan pertumbuhan ekonomi masing-masing -0,96 % dan -0.72% menjadikan perlambatan ekonomi kedua kabupaten tersebut, ” bebernya.

Baca Juga: Cegah Longsor Susulan di Seibeduk, Warga Minta Pemasangan Batu Miring

Bila melihat pembagian per wilayah, pertumbuhan ekonomi di Kota Batam menjadi yang paling tertinggi yakni sebesar 6,84 persen.

Ekonomi Batam naik dibandingkan tahun 2021 yakni sebesar 4,75 persen. Lalu, Kabupaten Karimun sebesar 4,38 persen juga naik dibandingkan tahun sebelumnya 2,37 persen.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bintan tahun 2022 sebesar 4,44 persen, naik dibanding tahun lalu sebesar 0,23 persen. Kota Tanjung PinangPinang 4,12 persen naik dari tahun lalu sebesar 0,59 persen.

Lingga 3,74 persen juga naik dibandingkan tahun lalu sebesar 1,95 persen, dan Kabupaten Natuna pertumbuhan ekonomi sebesar 0,11 dibanding tahun 2021 sebesar 0,02 persen serta kabupaten Anambas 0,09 persen naik dibandingkan tahun 2021 sebesar 0,04 persen.

Baca Juga: Tingkat Kualitas Layanan Kesehatan Warga Binaan, Rutan Batam Ajukan Izin Klinik

“Untuk keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kepri seberar 5,09 persen, ” jelas Darwin.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Batam, Agus Kadaryanto mengatakan, perekonomian Kota Batam tahun 2022 tumbuh sebesar 6,84 persenpersen dibandingkan dengan tahun 2021 (y-on-y). Pertumbuhan ekonomi di Batam ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Kepri yang mencapai 5,09 persen dan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,31 persen.

“Laju pertumbuhan tertinggi di tahun 2022 terjadi pada lapangan usaha penyediaan akomodadi dan makan minum yang sebesar 48,78 persen. Kemudian transportasi dan pergudangan sebesar 46,64 persen dan jasa lainnya 23,84 persen, ” ujar Agus.

Menurutnya, pada tahun 2021 dan 2022 ekonomi Kota Batam tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional. Hal tersebut dikarenakan kondisi di Batam yang mulai pulih dari pandemi Covid-19.

Peningkatan kinerja ekonomi hampir di seluruh lapangan usaha. Laju pertumbuhan ekonomi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum serta transportasi dan pergudangan yang tinggi dikarenakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah ditiadakan di Kota Batam.

Baca Juga: Ekonomi Batam Capai 6,84 Persen, Kepala BP Batam: Infrastruktur Rangsang Ekonomi Hulu Hilir

Dengan dibukanya pintu keluar masuk domestik dan internasional memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan nilai tambah dari penyediaan akomodasi dan makan minum seperti hotel, penginapan, dan restoran.

Selain itu, kegiatan perusahaan atau instansi seperti pelatihan atau training tenaga kerja dan kegiatan lain seperti resepsi pernikahan sudah diperbolehkan dilaksanakan di hotel juga menjadi penyebab meningkatnya laju pertumbuhan di Batam.

“Pertumbuhan lapangan usaha pengadaan listrik dan gas di Kota Batam juga meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 15,88 persen, salah satunya yaitu dikarenakan adanya perumahan baru yang memasang listrik, adanya ruko dan tempat perbelanjaan yang mulai aktif kembali pada tahun 2022,” terang Agus.

Sementara itu dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Batam tahun 2022 tumbuh pada hampir semua komponen. Komponen dengan pertumbuhan tertinggi yaitu komponen Net Ekspor yaitu sebesar 15,85 persen, diikuti komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit (PK-LNPRT) 6,12 persen, kemudian komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 6,03 persen dan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3,81 persen.

“Sementara itu, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami kontraksi sebesar 5,53 persen, ” tutupnya.(*)

Reporter: Rengga Yuliandra

spot_img

Baca Juga

Update