Rabu, 16 Oktober 2024

Pengusaha Batam Minta Pajak Perusahaan Diturunkan

Berita Terkait

spot_img
shipyard
Geliat Industri Shipyard di Tanjunguncang Kota Batam. Setelah terpuruk, kini industri shipyard Batam banjir pesan kapal dari dalam dan luar negeri. F. Dalil Harahap/Batam Pos

batampos – Kepala Kamar Dagang Uni Eropa (UE) di Tiongkok, Jens Eskelund, baru-baru ini menyatakan bahwa perang dagang besar-besaran antara Uni Eropa dan Tiongkok tak terelakkan. Pernyataan ini muncul setelah UE menyetujui pemberlakuan tarif tinggi untuk kendaraan listrik (EV) asal Tiongkok. Sebagai tanggapan, pemerintah Beijing mulai menghambat impor produk brendi dari Eropa.

Menurut Eskelund, konflik perdagangan ini dipicu oleh ketidakseimbangan dalam hubungan dagang antara kedua pihak. Ekspor Tiongkok ke Eropa terus mengalami peningkatan, sebaliknya impor dari UE ke Tiongkok justru stagnan. Ketegangan ini, menurutnya, akan terus memanas jika tidak ada langkah konkret untuk memperbaiki situasi.

Di tengah perselisihan ini, Batam melihat adanya peluang besar. Ekspor Batam ke Eropa, yang saat ini masuk dalam 10 besar, memberikan angin segar bagi perusahaan manufaktur di wilayah tersebut.

Ketua Apindo Batam, Rafki Rasyid, menilai bahwa ada kemungkinan beberapa investor yang saat ini beroperasi di Tiongkok akan mempertimbangkan memindahkan bisnis mereka ke negara yang lebih ”ramah” dengan Eropa. Batam disebut sebagai salah satu tujuan potensial.

”Batam harus bersiap dengan kebijakan yang dapat menarik investasi lebih banyak lagi,” ujar Rafki, Selasa (15/10).

Ia mencontohkan, salah satu hambatan utama adalah pajak perusahaan yang dianggap masih kurang kompetitif dibandingkan dengan negara tetangga seperti Johor, Malaysia.

”Pajak ini bisa ditekan agar investor semakin tertarik berinvestasi di Batam,” katanya.

Selain itu, Rafki juga menyoroti birokrasi yang masih lambat dalam pengurusan perizinan di Batam. ”Perizinan masih terlalu panjang rentang kendalinya dan itu harus diperbaiki.”

Ia menekankan perlunya penurunan tarif logistik agar Batam lebih kompetitif dalam menarik investor baru. ”Dengan tarif logistik seperti sekarang ini, sangat sulit bagi Batam untuk bersaing merebut investor baru.”

Jika perang dagang antara UE dan Tiongkok meluas ke sektor-sektor lain seperti elektronik, Batam memiliki peluang besar untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara Eropa. ”Ini adalah kesempatan bagi Batam untuk menggenjot ekspornya,” ujarnya.

Apindo Batam berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam menarik investor baru ke Batam. ”Kami tidak punya strategi khusus, tetapi kami berkomitmen untuk membantu menarik investor baru melalui jaringan pengusaha yang kami miliki, baik di dalam maupun luar negeri,” kata Rafki.

Ketua Kadin Kepulauan Riau, Ahmad Ma’ruf Maulana, juga mengatakan bahwa untuk menarik investor lebih banyak ke Batam ada beberapa hal yang harus dibenahi, terutama masalah insentif pajak dan perizinan. Saat ini, ada sejumlah negara tetang-ga yang memberikan kemuda-han bagi investor yang masuk, seperti Johor Baru, Malaysia.

Ma’ruf mengatakan, kemudahan yang diterapkan SEZ Johor-Singapura akan membuat perusahaan industri manufaktur di FTZ Batam, yang notabene adalah penanaman modal asing, akan melirik SEZ Johor-Singapura sebagai lokasi yang strategis untuk relokasi atau ekspansi. ”Jadi kalau di sana sudah diumumkan bahwa PPh untuk perusahaan hanya 5 persen, sedangkan di sini saat ini masih 21 persen. Bayangkan bedanya yang sangat jauh,” katanya.

”Diperlukan kebijakan khusus untuk industri-industri manufaktur di FTZ Batam agar diberikan setidak-tidaknya kemudahan di bidang perpajakan yang seimbang dengan apa yang diterapkan oleh SEZ Johor-Singapura,” pintanya.

”Bukan hanya itu saja, kami berharap biaya pengurusan perizinan, baik di tingkat daerah maupun pusat, juga di-permudah dan lebih murah. Kalau ditanya, saat ini banyak biaya yang kami keluarkan untuk sebuah perizinan,” tutupnya. (*)

spot_img

Update