Jumat, 20 September 2024

Mengunjungi Kembali Destinasi Wisata di Changi Singapura

Berita Terkait

spot_img
Salah satu destinasi wisata di Bandara Changi Singapura F Yulitavia 2 scaled e1668403305453
Jewel, salah satu destinasi wisata air terjun di Bandara Changi Singapura. F. Yulitavia/Batam Pos

Setelah dibuka kembali, Pelabuhan Internasional Sekupang bersiap mendukung kelancaran penumpang dari Singapura yang ingin ke Batam. Kali ini pelayaran bersama Kapal SindoFerry memulai pelayaran pertama menuju Harbourfront, Singapura.

Reporter: YULITAVIA



Setelah sekian lama tidak berkunjung ke Singapura, rasa gugup bertemu dengan petugas imigrasi masih sama. Sudah dua tahun lebih tidak bertemu petugas Imigrasi.

Rasanya masih sama, meskipun antrean panjang seperti dulu belum lagi ada. Jumlah petugas Imigrasi di pintu kedatangan juga tidak terlalu banyak, karena menyesuaikan dengan jumlah wisatawan mancanegara yang datang.

Jika dulu, penumpang turun kapal, langsung berlarian menuju ruang Imigrasi, kali ini cenderung berjalan santai. Hanya ada lima sampai enam petugas yang melayani kedatangan penumpang.

Kesiapan Singapura dalam menyambut kedatangan wisatawan mancanegara (Wisman) sudah terlihat dengan kemudahan syarat serta aturan yang tidak berbelit atau aturan yang membuat wisman merasa mudah untuk berkunjung.

Menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit dari Pelabuhan Internasional Sekupang, Batam, kapal yang berisikan kurang lebih 10 orang penumpang tiba di Harbaourfront Singapura. Ini merupakan pelayaran pertama Sindo Ferry dari Pelabuhan Internasional Sekupang, usai tutup beroperasi selama dua tahun lebih, karena pandemi Covid-19.

Saat ini harga tiket ke Singapura dijual Rp 700 ribu untuk pulang-pergi, dan Rp 350 ribu untuk sekali jalan. Tiket bisa langsung didapatkan di konter tiket yang ada di pelabuhan.

Baca Juga: Persaingan Kerja di Batam Kian Ketat

Sebelum berangkat penumpang wajib mengisi kartu perjalanan Singapura atau Kartu perjalanan atau Singapura Arrival Card harus diisi sebelum berangkat, hasil pengisian tersebut tersinkron langsung ke sistem yang ada di imigrasi Singapura.

Calon penumpan mengisi melalui https://eservices.ica.gov.sg/sgarrivalcard/. Formulir elektronik yang berisikan data calon pengunjung ke Singapura. Link atau tautan tersebut wajib diisi oleh calon penumpang.

Data yang dibutuhkan untuk mengisi formulir elektronik tersebut merupakan kartu perjalanan fisik yang sebelum Covid-19 terjadi selalu diberikan petugas di pelabuhan Singapura.

Isian link di antaranya biodata diri, nomor paspor, tanggal keberangkatan, dan kepulangan. Serta informasi mengenai sudah menerima vaksin atau belum, catatan terakhir perjalanan sebelum ke Singapura.

Formulir ini tersaji dalam bahasa Inggris, Melayu, Cina, dan beberapa bahasa lainnya, kecuali Indonesia. Untuk memasuki Singapura syarat perjalanan hanya vaksin dosis dua. Berbeda dengan Indonesia yang mewajibkan vaksin booster.

Baca Juga: Perbaikan Tak Merata, Jalan Laksamana Bintan Mengkhawatirkan

Hal ini tidak salah banyak warga Indonesia yang memilih plesiran ke luar negeri, termasuk Singapura, ketimbang berwisata dalam negeri. Kemudahan syarat perjalanan ini juga menjadikan Singapura masih menjadi tempat healing nomor wahid bagi warga Batam.

Usai menjalani pemeriksaan di Imigrasi, rombongan perjalanan langsung menuju konter pembelian kartu perjalanan MRT. Sudah dua tahun lebih tidak digunakan, ternyata masa kartu sudah expired, sehingga harus dilakukan pembelian kartu baru.

Satu kartu perjalanan dijual 10 dollar Singapura atau Rp112 ribu dengan kurs saat ini. Dalam kartu akan ada saldo 10 dollar. Namun kebanyakan orang akan melakukan isi ulang, jika ingin berkeliling mengunjungi beberapa destinasi wisata di Singapura.

Untuk sekali tap di setiap stasiun MRT dikenakan biaya 2 dollar 50 sen atau Rp21 ribu. Sudah bukan rahasia umum lagi, kalau Singapura memiliki alat transportasi murah, dan nyaman.

Kali ini perjalanan pertama rombongan bertujuan ke Jewel Changi Airport. Sejak dibuka 29 April 2019 lalu, semua anggota rombongan belum pernah ke sana. Kodisi ini wajar saja, karena 2020 Singapura menutup pintu masuk, untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Sehingga destinasi yang berada di kawasan bandara ini terasa masih baru.

Salah satu kesulitan ketika berada di Singapura adalah harus pandai membaca peta lokasi tujuan. Karena sudah lama tidak berkunjung, momen salah jurusan membuat jalan-jalan kali ini dilalui dengan tawa dan canda. Malu bertanya sesat di jalan, rasanya pepatah ini sangat cocok menggambarkan perjalanan kali ini.

Namun jalan keluar muncul ketika salah satu dari jurnalis mulai melakukan pendekatan dengan warga lokal. Berkat bantuan warga lokal perjalan ke Changi berjalan lancar.

Dalam waktu kurang lebih satu jam dan melewati banyak stasiun, rombongan tiba di Jewel Changi Airport. Di sana ada banyak warga lokal yang menghabiskan waktu untuk menikmati liburan mereka. Tidak saja itu, warga asing juga banyak yang melakukan swafoto di depan air terjun Jewel Changi Airport.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Kepri Naik Akibat Varian XBB, Kadinkes: Jangan Panik

Salah satunya Jubaidah, warga asal Kenya yang datang untuk belibur. Perempuan tersebut mengatakan sudah beberapa hari berada di Singapura, dan dalam perjalanan pulang ke negaranya. Sebelum pulang, ia menyempatkan diri berwisata di Jewel.

“Karena lokasinya di bandara, saya dengar ini salah satu ikon di negara ini. Jadi saya mampir ke sini sebelum kembali pulang,” ujarnya.

Santi, warga negara Indonesia yang juga ikut mengunjungi bangunan karya Moshe Safdie ini menceritakan baru pertama kali ke sini. Meskipun tinggal di Batam, saat Jewel dibuka untuk umum, ia belum pernah berkunjung ke sini. Ia mengatakan untuk mencapai ke sini, dan menikmati pemandangan Jewel butuh waktu yang cukup jauh dari Harbourfront, namun hal itu sebanding dengan pemandangan di sini.

“Ini gratis dinikmati, namun kalau mau menikmati hiburan lain, pengunjung bisa mencoba wahana lain yang berada di lokasi yang sama. Sangat senang bisa ke sini,” ujarnya.

Santi menambahkan, kepatuhan warga lokal dan turis untuk tetap menggunakan masker ketika berada di luar dan di dalam ruangan terlihat sangat tinggi. Meskipun kasus cenderung melandai, kepatuhan warga untuk menjaga protokol kesehatan sangat tinggi.

Tidak saja itu, bahkan warga lokal tidak segan menegur penumpang MRT untuk mengenakan masker. Hal ini terjadi di setiap angkutan umum.

“Iya,tadi di MRT juga diingatkan untuk selalu pakai masker, dan semua pengguna MRT memang patuh, dan tidak ada yang tidak pakai masker,” ujarnya. (***)

spot_img

Update