batampos – Ketua PHRI Kepri, Jimmy Ho menyatakan masa depan pariwisata Kepri supaya bisa terus menggeliat, maka aturan pemberlakuan Visa on Arrival (VoA) dihapus.
“Kami dari PHRI Kepri sangat setuju dan mendukung ini. Paling bagus VoA dihapus,” ujar Jimmy, Senin (6/11/2023) pagi.
Jimmy berpendapat, dengan dihapusnya VoA, bisa membantu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, dengan begitu faktor pengikut pariwisata lainnya juga ikut terbantu dan berkembang, terutama hotel dan restoran.
Baca Juga: Hapus VoA Untuk Dongkrak Kunjungan Wisman ke Batam
“Dengan diturunkan atau dihapus, kita bisa lebih bersaing dengan negara lain, contohnya Thailand, yang telah membebaskan visa untuk Cina dan India. Lihat mereka sekarang setelah pandemi, sudah maju dan sehat kembali kunjungan wisatanya,” jelas Jimmy.
“Apalagi untuk turis yang datang PP (contoh golfer) dan untuk weekend, dengan masih berlakunya VoA ini, kita di Kepri ini akan hilang daya saing dengan negara seberang,” tutupnya.
Sementara, Sekretaris PHRI Provinsi Kepri, Yeyen Heryawan mengatakan kondisi saat ini belum sampai pada titik terbaiknya. Kebijakan pemberlakuan VoA, dan pembatasan bebas visa kepada 159 negara yang diberlakukan oleh pemerintah, turut berdampak terhadap angka kunjungan wisman.
Yeyen menjelaskan untuk hal khusus VoA cukup memberatkan bagi wisatawan mancanegara yang ingin berlibur ke Kepri. Hal ini ditambah dengan pembatasan bebas visa kepada 159 negara, dan itu harus diakui sangat berat bagi Kepri.
Baca Juga: Nasib Sektor Wisata Batam: Potensi Ada Tapi Terganjal Voa dan Harga Tiket
“Analisa saya kemarin, adanya pembatasan bebas visa tersebut, karena dampak maraknya bule menginap di Bali. Menginapnya di kontrakan bukan di hotel,” kata dia, Senin (6/11).
Ia menyebutkan dari 159 negara yang bebas visanya diberhentikan sementara, terdapat 5 negara yang merupakan penyumbang wisman terbesar di Kepri.
Pertama adalah negara Cina, Taiwan, Jepang, Korea, dan India. Sehingga dampak dari aturan tersebut sangat berdampak terhadap angka kunjungan wisman. (*)
Reporter: Chahaya Simanjuntak